Candi Jawi: Sejarah, Arsitektur Megah, dan Misteri Kertanegara
Vendor Outbound
- Berbicara tentang peninggalan bersejarah di Jawa Timur, tak lengkap rasanya
jika melewatkan Candi Jawi. Berlokasi di kaki Gunung Welirang, tepatnya
di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan, candi ini bukan
sekadar tumpukan batu tua. Ia adalah saksi bisu kejayaan masa lalu, perpaduan
budaya yang memesona, dan menyimpan sepotong kisah yang menarik untuk diurai.
Jika Anda pecinta sejarah atau sekadar mencari tempat
yang menenangkan untuk merenung, Candi Jawi menawarkan lebih dari sekadar
pemandangan. Ia menyuguhkan perjalanan kembali ke masa lampau, mengundang kita
untuk memahami lebih dalam peradaban yang pernah berdiri megah di tanah Jawa.
Sejarah yang Terukir di
Tanah Pasuruan
Untuk memahami Candi Jawi, kita perlu menengok kembali
ke era Kerajaan Singasari dan Majapahit. Candi ini diperkirakan dibangun pada
masa pemerintahan Raja Kertanegara, penguasa terakhir Singasari yang terkenal
ambisius dan visioner. Kitab Pararaton dan Nagarakretagama mencatat bahwa Candi
Jawi didirikan sebagai tempat pendharmaan atau penyimpanan abu jenazah
Kertanegara.
Menariknya, tidak seluruh abu Kertanegara disemayamkan
di sini. Sebagian abunya juga diletakkan di Candi Singasari, dalam wujud patung
Amoghapasa. Ini menunjukkan bahwa Candi Jawi memiliki fungsi ganda, yaitu
sebagai tempat pemujaan dan juga monumen peringatan bagi sang raja.
Setelah keruntuhan Singasari, Candi Jawi tetap memiliki
peran penting di masa Majapahit. Bahkan, Raja Hayam Wuruk dari Majapahit
tercatat pernah mengunjungi candi ini dalam perjalanan kelilingnya, sebagaimana
tertulis dalam kakawin Nagarakretagama.
Hal ini membuktikan bahwa Candi Jawi bukan hanya
sekadar peninggalan usang, melainkan situs yang dihormati dan dipelihara lintas
generasi kerajaan. Keberadaannya menjadi jembatan penghubung antara dua dinasti
besar di Jawa Timur, menjadikannya sebuah relik yang tak ternilai harganya.
Perpaduan Megah di
Balik Arsitektur Candi Jawi
Salah satu hal yang paling memukau dari Candi Jawi
adalah arsitekturnya yang unik. Berbeda dengan kebanyakan candi di Jawa Timur
yang cenderung menganut satu aliran kepercayaan, Candi Jawi adalah representasi
sempurna dari sinkretisme Hindu-Buddha.
Bentuk bangunan candi ini adalah stuba, ciri khas candi
Buddha, namun di dalamnya terdapat arca-arca dan relief-relief yang bercorak
Hindu Siwa. Ini menjadi simbol toleransi dan akulturasi yang luar biasa pada
masa itu, menunjukkan bagaimana kedua agama dapat hidup berdampingan dan bahkan
saling mempengaruhi dalam seni dan arsitektur.
Candi Jawi dibangun menggunakan bahan dasar batu
andesit, yang memberikan kesan kokoh dan abadi. Bangunan candi ini berdiri
di atas batur atau pondasi tinggi yang berundak, menciptakan kesan agung dan
menjulang. Struktur utamanya terdiri dari tiga bagian:
- Kaki
Candi: Bagian dasar yang berbentuk bujursangkar,
dihiasi dengan relief-relief yang sayangnya banyak yang sudah aus atau
rusak. Relief-relief ini diyakini menggambarkan kisah-kisah keagamaan atau
narasi heroik dari epos Hindu.
- Tubuh
Candi: Berbentuk ramping dan tinggi, dengan pintu masuk
utama menghadap timur. Di dalam bilik candi utama, dahulu terdapat arca
Siwa yang kini telah dipindahkan ke Museum Trowulan. Bagian tubuh candi
ini juga dihiasi dengan relung-relung yang kemungkinan dulu berisi
arca-arca lain.
- Atap
Candi: Merupakan ciri khas perpaduan gaya, dengan
bentuk stupa berundak yang mengerucut ke atas, dihiasi dengan kemuncak
berbentuk ratna atau mahkota. Bagian ini semakin memperkuat kesan Buddha
pada candi, sekaligus melengkapi keharmonisan struktur Hindu di bawahnya.
Setiap detail pada Candi Jawi, mulai dari bentuk stupa
hingga relung-relung pada dindingnya, seolah berbicara tentang filosofi dan
kepercayaan masyarakat pada masa itu. Bentuk yang ramping dan menjulang tinggi
mungkin melambangkan upaya spiritual untuk mencapai kesucian, sementara
relief-reliefnya mengisahkan tentang perjalanan hidup, dharma, dan karma.
Fungsi dan Makna
Spiritual Candi Jawi
Sebagai sebuah candi pendharmaan, fungsi utama Candi
Jawi adalah sebagai tempat untuk memuliakan atau mendharmakan abu jenazah
Raja Kertanegara. Ini merupakan tradisi Hindu-Buddha di mana seorang raja
yang meninggal akan "didharmakan" di sebuah tempat suci agar rohnya
dapat menyatu dengan dewa atau Buddha. Kehadiran Candi Jawi menjadi penanda
penting bagi perjalanan spiritual sang raja setelah wafat.
Namun, lebih dari sekadar makam, Candi Jawi juga
berfungsi sebagai tempat pemujaan. Masyarakat pada masa itu mungkin datang
untuk melakukan ritual keagamaan, memohon berkah, atau sekadar bersembahyang.
Perpaduan unsur Hindu dan Buddha di dalamnya menunjukkan bahwa candi ini
mungkin melayani kedua penganut agama tersebut, atau setidaknya, mencerminkan
pemahaman spiritual yang komprehensif dari Kertanegara sendiri.
Dalam konteks yang lebih luas, Candi Jawi memiliki nilai
sejarah dan budaya yang sangat tinggi bagi Indonesia. Ia adalah bukti otentik
perkembangan peradaban di Nusantara, khususnya di Jawa Timur. Candi ini
menunjukkan kemajuan arsitektur, seni pahat, dan pemahaman spiritual masyarakat
pada abad ke-13. Keberadaannya juga menegaskan adanya korelasi kuat antara
agama, kekuasaan, dan seni dalam pembentukan sebuah peradaban.
Bagi masyarakat lokal di sekitar Prigen, Candi Jawi juga memiliki tempat tersendiri. Meskipun tidak lagi difungsikan sebagai pusat ritual keagamaan seperti dahulu, candi ini tetap menjadi simbol identitas dan kebanggaan. Cerita-cerita tentang Candi Jawi, baik yang historis maupun legenda, seringkali menjadi bagian dari warisan lisan yang terus diturunkan. Beberapa kepercayaan lokal mungkin masih menghubungkan situs ini dengan aura spiritual tertentu, menjadikannya tempat yang dihormati.
Candi Jawi Kini: Antara
Pelestarian dan Daya Tarik Wisata
Seiring berjalannya waktu, Candi Jawi tak luput dari
tantangan pelapukan dan kerusakan. Namun, berkat upaya gigih dari pemerintah,
khususnya melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur,
candi ini terus dipelihara dan direstorasi.
Proses konservasi dilakukan secara berkala untuk
menjaga keutuhan struktur dan relief-relief yang tersisa. Ini adalah pekerjaan
yang tidak mudah, mengingat faktor cuaca dan usia bangunan yang sudah sangat
tua. Upaya ini memastikan bahwa generasi mendatang masih bisa menyaksikan
langsung keagungan arsitektur ini.
Selain sebagai objek penelitian arkeologi dan sejarah,
Candi Jawi juga telah menjadi destinasi wisata populer. Lokasinya yang
strategis di jalur wisata Pasuruan menuju Malang, ditambah dengan pemandangan
pegunungan yang asri, menjadikannya pilihan menarik bagi wisatawan. Wisatawan
dapat menjelajahi area candi, mengagumi arsitekturnya yang unik, dan berfoto
dengan latar belakang yang memesona. Suasana yang tenang dan damai di sekitar
candi juga sangat cocok untuk refreshing dari hiruk pikuk kota.
Pengelola setempat juga terus berupaya meningkatkan
fasilitas bagi pengunjung, seperti area parkir, toilet, dan terkadang ada
penjual makanan atau suvenir di sekitar lokasi. Meski begitu, nilai utama dari
Candi Jawi tetap pada aspek sejarah dan budayanya, yang wajib dijaga oleh
setiap pengunjung. Penting untuk selalu menghormati situs ini sebagai cagar
budaya yang dilindungi, tidak merusak, dan menjaga kebersihannya.
Menelusuri Jejak
Kejayaan yang Tak Lekang oleh Waktu
Candi Jawi adalah permata sejarah yang tak ternilai,
sebuah monumen yang mengabadikan jejak Raja Kertanegara dan peradaban yang
berkembang pesat di masa lampau.
Perpaduan arsitektur Hindu-Buddha-nya tidak hanya
sebuah keindahan visual, tetapi juga cerminan toleransi dan akulturasi budaya
yang luar biasa. Melalui artikel ini, kita diingatkan betapa kayanya warisan
sejarah Indonesia, dan betapa pentingnya bagi kita untuk terus menjaga dan
memelihara peninggalan-peninggalan berharga ini.
Mengunjungi Candi Jawi bukan hanya sekadar melihat bangunan tua, melainkan sebuah pengalaman mendalam yang menghubungkan kita dengan masa lalu. Ia mengajak kita untuk merenungkan kebesaran peradaban, nilai-nilai spiritual, dan kebijaksanaan para leluhur. Jadi, jika Anda punya kesempatan, luangkan waktu untuk mampir ke Candi Jawi. Rasakan sendiri aura sejarahnya, dan biarkan keindahan serta misterinya memukau Anda.