Mengarungi Jejak Sejarah Majapahit di Candi Penataran: Mahakarya Arsitektur Kuno di Blitar

Mengarungi Jejak Sejarah Majapahit di Candi Penataran: Mahakarya Arsitektur Kuno di Blitar

Blitar, sebuah kota di Jawa Timur yang kaya akan jejak sejarah, memang tak pernah kehabisan cerita untuk dituturkan. 

Dari peristirahatan terakhir Proklamator Republik Indonesia hingga hamparan perkebunan yang menyejukkan mata, Blitar senantiasa memanggil para pelancong untuk menyelami setiap sudutnya. 

Namun, di antara segala pesona itu, ada satu permata tak ternilai yang berdiri kokoh, menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu yang megah: Candi Penataran

Lebih dari sekadar tumpukan batu kuno, kompleks candi ini adalah epik visual, sebuah mahakarya arsitektur yang mengajak kita untuk mengarungi jejak sejarah Majapahit yang penuh intrik dan keagungan.


Gerbang Menuju Kemegahan Majapahit: Pusat Keagamaan Sebuah Imperium

Saat kaki menginjakkan langkah di area Situs Candi Penataran Blitar, atmosfer seakan berubah. 

Udara yang semula dipenuhi kesibukan kota, kini berganti dengan nuansa tenang nan khusyuk, sarat akan getaran spiritual yang telah bersemayam selama berabad-abad. 

Candi Penataran bukan sekadar bangunan peribadatan biasa; ia adalah kompleks candi Hindu terbesar di Jawa Timur, yang pada masanya berfungsi sebagai candi negara atau pusat kegiatan keagamaan terpenting bagi Kerajaan Majapahit.

Nama aslinya, konon, adalah Candi Palah, yang berarti 'tempat suci'. 

Catatan sejarah, terutama yang terpahat pada Prasasti Palah bertarikh 1119 M, mengindikasikan bahwa pembangunan kompleks ini telah dimulai jauh sebelum puncak kejayaan Majapahit. 

Namun, justru di era Kerajaan Majapahit lah candi ini mengalami perluasan dan penataan signifikan, menjadikannya sebuah pusat spiritual yang fundamental, bahkan konon menjadi tempat pemujaan bagi para raja. 

Melangkah di antara bangunan-bangunannya, kita seolah diajak kembali ke masa ketika gema mantra dan doa mengalir bersama arsitektur yang begitu memukau.


Arsitektur Bertutur: Setiap Relief Adalah Kisah yang Terpahat Abadi

Desain Candi Penataran mencerminkan karakteristik arsitektur candi Jawa Timur, dengan penataan kompleks yang unik dan bertingkat. 

Berbeda dengan candi Jawa Tengah yang cenderung vertikal, Penataran lebih menonjolkan perluasan horizontal, mengikuti kontur tanah. 

Kompleks ini terbagi menjadi tiga halaman utama yang disusun dari barat ke timur, masing-masing dengan fungsi dan makna filosofisnya sendiri, merepresentasikan konsep mandala dalam kosmologi Hindu-Buddha.

Pada halaman terdepan, pengunjung akan disambut oleh deretan candi perwara dan Candi Angka Tahun, sebuah struktur kecil namun penting yang memuat angka tahun 1291 Saka (1369 Masehi). 


Baca juga: Kisah di Balik Pecut Samandiman: Menjelajahi Pesona Taman Pecut Blitar


Melangkah lebih jauh, di halaman kedua, mata akan terpukau oleh Candi Naga, yang tiang-tiangnya dihiasi ukiran naga bersayap, melambangkan perlindungan dan kekuatan. 

Relief-relief yang menghiasi dinding-dinding candi ini, seperti relief Ramayana dan relief Krisnayana, terukir dengan detail luar biasa. 

Setiap goresan pahat seolah bercerita, menghadirkan kembali epos-epos kuno, mengajarkan nilai-nilai kebajikan, perjuangan, dan takdir. 

Kemampuan seniman masa lalu dalam mengukir kisah-kisah epik ini di atas batu adalah bukti kejeniusan budaya yang tak lekang oleh waktu.

Puncak dari kompleks ini adalah Candi Induk atau Candi Utama yang terletak di halaman paling belakang. 

Meskipun tidak setinggi candi-candi di Jawa Tengah, struktur megah ini tetap memancarkan aura sakral yang kuat. Altar dan ruangan di dalamnya menjadi pusat pemujaan utama. 

Seluruh bangunan, mulai dari fondasi hingga atap, dipenuhi dengan ukiran candi yang kaya detail, menampilkan flora, fauna, hingga figur-figur dewa yang menjadi representasi keyakinan masa itu. 

Ini adalah mahakarya arsitektur kuno yang sesungguhnya, sebuah buku sejarah yang terbuat dari batu.


Saksi Bisu Evolusi Abad: Kisah Pembangunan dan Raja-raja yang Membentuknya

Sejarah pembangunan Candi Penataran adalah sebuah saga panjang yang merentang selama berabad-abad, melibatkan peran penting dari beberapa raja besar. 

Prasasti-prasasti yang ditemukan di lokasi menunjukkan bahwa kompleks ini mulai dibangun pada masa Kerajaan Kediri, khususnya pada masa pemerintahan Raja Srengga di awal abad ke-12. 

Namun, sebagian besar bentuk yang kita lihat sekarang adalah hasil pembangunan dan renovasi yang dilakukan pada masa Kerajaan Majapahit.

Terutama di era Raja Jayanegara dan kemudian Hayam Wuruk, pembangunan candi ini mencapai puncaknya. 

Hayam Wuruk, sang raja perkasa yang membawa Majapahit ke era keemasan, konon sering mengunjungi Candi Penataran untuk melakukan ritual keagamaan, menunjukkan betapa sentralnya peran candi ini dalam kehidupan spiritual kerajaan. 

Perkembangan dan perubahan pada arsitektur candi selama periode yang berbeda ini juga menjadi bukti hidup dari evolusi seni dan kepercayaan di Jawa Timur. 

Setiap batu yang terpasang, setiap relief yang terukir, adalah saksi bisu dari perjalanan panjang peradaban, yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Majapahit dan Blitar.


Mengarungi Jejak Sejarah Majapahit di Candi Penataran: Mahakarya Arsitektur Kuno di Blitar
Menyelami Kedalaman Sejarah di Setiap Langkah

Bagi para wisata sejarah Blitar atau mereka yang mencari ketenangan dari hiruk pikuk modern, Candi Penataran menawarkan pengalaman yang tak tertandingi. 

Berjalan mengelilingi kompleks candi ini bukan hanya sekadar melihat-lihat; ini adalah perjalanan kontemplatif ke masa lalu. 

Suasana hening, deru angin yang membawa bisikan-bisikan sejarah, serta keagungan struktur batuan yang megah, semuanya berkontribusi pada sebuah pengalaman yang mendalam.

Anda bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengamati setiap detail relief candi, mencoba menafsirkan kisah-kisah yang tersembunyi, atau sekadar duduk bersimpuh, meresapi energi spiritual yang masih terasa kuat. 

Situs arkeologi ini juga merupakan surga bagi para fotografer yang ingin mengabadikan keindahan arsitektur dan nuansa mistisnya. 

Kunjungan ke Candi Penataran bukan hanya menambah wawasan tentang peninggalan Majapahit, tetapi juga memberikan refleksi tentang kejayaan masa lalu dan warisan budaya yang harus senantiasa kita jaga. 

Ini adalah salah satu destinasi wisata Blitar yang tak boleh dilewatkan.


Penataran: Lebih dari Sekadar Batu, Sebuah Warisan Tak Ternilai

Pada akhirnya, Candi Penataran bukan hanya tentang seonggok batu kuno yang tersisa dari masa lalu. 

Ia adalah simbol kebesaran, kekayaan budaya, dan spiritualitas yang tak terbatas. Keberadaannya kini menjadi salah satu daya tarik utama Blitar, menarik ribuan pengunjung setiap tahunnya, dari pelajar, peneliti, hingga wisatawan umum. 

Pemerintah dan masyarakat setempat terus berupaya menjaga dan melestarikan benda cagar budaya ini agar keagungan dan kisah-kisah yang tersimpan di dalamnya dapat terus diwariskan kepada generasi mendatang.

Jadi, jika Anda merencanakan perjalanan ke Blitar, luangkan waktu Anda untuk mengunjungi Candi Penataran

Izinkan diri Anda tersesat dalam keagungan arsitekturnya, biarkan imajinasi Anda berlayar bersama kisah-kisah reliefnya, dan rasakan sendiri bagaimana jejak Kerajaan Majapahit masih begitu hidup di setiap sudut kompleks yang sakral ini. 

Ini adalah sebuah perjalanan waktu yang takkan terlupakan.






Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *