Sejarah dan Keunikan Jaran Kencak, Kesenian Khas Lumajang

Apa itu Jaran Kencak?

Jaran Kencak adalah kesenian tradisional khas Lumajang, Jawa Timur, yang menampilkan kuda berhias lengkap bergerak dan “menari” mengikuti irama gamelan. Pertunjukan ini sering hadir dalam hajatan keluarga, upacara adat desa, hingga perayaan kota. 

Seiring berjalannya waktu, Jaran Kencak tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga telah diakui sebagai warisan budaya takbenda yang memperkuat identitas Lumajang.

Jaran Kencak Lumajang
Sumber Gambar: Wartaevent

Secara sederhana, Jaran Kencak adalah atraksi kuda yang dihias dengan pernak-pernik warna-warni serta lonceng pada kakinya, sehingga ketika kuda melangkah terdengar bunyi gemerincing yang khas. Kata “kencak” sendiri merujuk pada gerakan dan suara tersebut, yang membuat kesenian ini unik dibanding kesenian tradisional Jawa Timur lainnya.

 

Sejarah dan Asal-Usul Jaran Kencak

Sejarah Jaran Kencak tidak bisa dilepaskan dari cerita lama tentang Arya Wiraraja, tokoh penting dalam pemerintahan di kawasan Timur Jawa. Dalam beberapa catatan, kesenian ini diyakini berawal sebagai bentuk penghormatan terhadap kuda-kuda kesayangan bangsawan.

Ada pula legenda populer tentang Ranggalawe, seorang tokoh setia Majapahit, yang memiliki kuda tangguh bernama Nila Ambhara. Dari kisah-kisah inilah masyarakat Lumajang menumbuhkan tradisi menampilkan kuda sebagai simbol kehormatan dan keberanian. Lambat laun, pertunjukan itu berkembang menjadi kesenian rakyat yang diwariskan turun-temurun.

Selain narasi sejarah, Jaran Kencak juga berkembang sebagai ekspresi budaya agraris. Masyarakat yang bergantung pada tenaga kuda dalam kehidupan sehari-hari memberikan penghargaan melalui ritual dan hiburan. Dari sinilah lahir bentuk pertunjukan yang kita kenal hingga sekarang.


BACA JUGA: Wisata Edukatif: di Lumajang: Menanamkan Cinta Budaya pada Generasi Muda

 

Bentuk Pertunjukan Jaran Kencak

Salah satu keunikan Jaran Kencak adalah pada visualisasi panggungnya. Penonton tidak hanya menyaksikan manusia menari, melainkan kuda sebagai bintang utama.

Hiasan & Perlengkapan Kuda

Kuda yang tampil dalam Jaran Kencak dihias dengan berbagai ornamen: zirah berwarna cerah, kain hias, bahkan mahkota kecil di kepala. Pada bagian kaki dipasangi lonceng atau gelang besi, sehingga setiap langkah menimbulkan suara ritmis. Semakin megah hiasan, semakin tinggi pula nilai prestise pemilik atau penyelenggara acara.

Dalam beberapa pertunjukan, terdapat formasi khusus bernama “kuda temanten”, yaitu dua ekor kuda berhias paling indah yang diposisikan di barisan depan. Kehadiran mereka melambangkan penghormatan kepada tuan rumah sekaligus menjadi daya tarik utama bagi penonton.

Musik Iringan & Peran Pawang

Tidak kalah penting dari hiasan kuda adalah musik pengiring. Irama gamelan seperti kendang, gong, kenong, dan slompret menjadi nyawa pertunjukan. Ketukan kendang memberi aba-aba kepada kuda untuk bergerak, sementara suara slompret menambah nuansa meriah.

Di balik harmoni itu, ada peran besar para pawang. Mereka melatih kuda agar terbiasa dengan ritme gamelan dan mampu merespons isyarat halus. Hubungan emosional antara pawang dan kuda inilah yang membuat gerakan tampak alami, seolah kuda benar-benar “menari”.

Kegiatan Jaran Kencak Lumajang
Sumber Gambar: Travelling Indonesia

Fungsi Sosial dalam Kehidupan Masyarakat Lumajang

Jaran Kencak tidak hanya berfungsi sebagai tontonan. Ia menyatu dengan kehidupan sosial masyarakat Lumajang.

  • Acara hajatan pribadi. Pertunjukan Jaran Kencak sering hadir dalam pernikahan atau khitanan. Semakin banyak kuda yang tampil, semakin tinggi pula gengsi keluarga penyelenggara.
  • Upacara adat dan keagamaan. Dalam tradisi desa, Jaran Kencak bisa menjadi bagian ritual syukuran atau perayaan panen.
  • Perayaan kota. Pada Hari Jadi Lumajang (Harjalu), ratusan kuda Jaran Kencak pernah tampil dalam pawai akbar yang menyusuri jalan-jalan kota. Momen ini menjadi bukti betapa kesenian ini telah menjadi ikon kesenian daerah.

Selain fungsi seremonial, Jaran Kencak juga kini menjadi bagian dari wisata budaya. Wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang ke Lumajang sering menjadikan pertunjukan ini sebagai agenda wajib untuk memahami denyut budaya lokal.


BACA JUGA: Panduan Wisata Budaya dan Tradisi Khas Lumajang


Upaya Pelestarian & Pengakuan sebagai Warisan Budaya

Perjalanan panjang Jaran Kencak akhirnya mendapat pengakuan resmi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menetapkannya sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Pengakuan ini menjadi tonggak penting agar generasi muda tetap menaruh perhatian pada kesenian tradisional Jawa Timur ini.

Di tingkat lokal, pemerintah daerah bersama komunitas budaya rutin mengadakan festival, pameran, dan workshop Jaran Kencak. Tujuannya tidak hanya melestarikan, tetapi juga memperluas daya tariknya sebagai bagian dari promosi wisata Lumajang.

Kesadaran masyarakat pun semakin tumbuh. Banyak komunitas pawang kuda dan seniman gamelan yang secara swadaya melatih anak-anak muda untuk mengenal kesenian ini sejak dini. Dengan begitu, tradisi tidak berhenti hanya di satu generasi, melainkan terus diwariskan.

Vendor Outbound Batu Malang

Jaran Kencak adalah bukti nyata bagaimana seni tradisi mampu bertahan di tengah arus modernitas. Ia bukan sekadar tontonan visual, tetapi juga cerminan sejarah, identitas kolektif, dan kearifan lokal masyarakat Lumajang.

Sebagai bagian dari kesenian tradisional Jawa Timur, Jaran Kencak kini menjadi daya tarik wisata budaya yang memperkuat citra Lumajang sebagai daerah kaya akan tradisi. Melihat kuda berhias yang bergerak luwes mengikuti gamelan adalah pengalaman yang memadukan seni, sejarah, dan kebanggaan daerah.

 

Penulis: Avifa

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *