Eksperimen Kepemimpinan Mahasiswa Brawijaya Melalui Outbound Malang yang Menginspirasi!

Menjadi mahasiswa di kampus bergengsi seperti Universitas Brawijaya adalah pertarungan intelektual. Namun, menjadi aktivis atau pemimpin organisasi di dalamnya adalah pertarungan psikologis.
Di ruang rapat BEM atau himpunan, ide-ide brilian
mungkin berlimpah, tetapi eksekusi sering kali terhambat oleh ego,
miskomunikasi, dan ketakutan mengambil risiko. Teori kepemimpinan yang
diajarkan di kelas sering kali tumpul menghadapi realitas ini.
Di sinilah outbound psikologi kepemimpinan
hadir sebagai sebuah terobosan. Program outbound di Malang kini
dirancang bukan sebagai rekreasi, melainkan sebagai "laboratorium"
hidup untuk membedah dan menempa mentalitas seorang pemimpin.
Outbound
sebagai Cermin Psikologis Mahasiswa dalam Menghadapi Tekanan dan Konflik
Inilah kebenaran yang sering kali tidak nyaman: outbound
adalah cermin psikologis mahasiswa dalam menghadapi tekanan dan konflik. Di
ruang rapat yang aman, seorang mahasiswa bisa bersembunyi di balik jabatannya
sebagai ketua. Ia bisa menyiapkan kata-kata yang diplomatis. Namun, di alam
terbuka, semua topeng itu luntur.
Reaksi
Otentik di Bawah Tekanan
Ketika sebuah tim "dipaksa" memecahkan
masalah dalam waktu 5 menit dengan kondisi fisik yang lelah dan instruksi yang
ambigu reaksi yang keluar adalah reaksi yang paling otentik.
Baca Juga : Inovasi Pendidikan Modern, Outbound Malang Sebagai Wajah Baru Pembelajaran Aktif!
- Apakah
mahasiswa tersebut panik dan menyalahkan anggota tim? (Menunjukkan ego
defense mechanism yang tinggi).
- Apakah
ia diam dan menunggu orang lain mengambil alih? (Menunjukkan mentalitas follower
atau takut gagal).
- Atau,
apakah ia tetap tenang, mendelegasikan tugas, dan memotivasi yang lain?
(Menunjukkan yang matang).
Alam dan permainan adalah "pressure cooker"
yang jujur, mengungkap siapa diri mereka sebenarnya saat dihadapkan pada.
Mengenal
Pola Mental Pemimpin Melalui Simulasi Outbound
Tujuan utama dari mengenal pola mental pemimpin melalui simulasi outbound adalah identifikasi. Fasilitator profesional tidak hanya memandu permainan; mereka mengobservasi pola perilaku.
.webp)
Pola
Pikir Tetap vs Bertumbuh
Simulasi outbound dengan jelas menunjukkan dua pola
pikir ini. Saat tim gagal di percobaan pertama, mahasiswa dengan fixed
mindset akan berkata, "Permainannya konyol," atau "Kita
tidak bakat." Sebaliknya, mahasiswa dengan growth mindset calon
pemimpin sejati akan bertanya, "Apa yang salah? Strategi apa yang belum
kita coba?"
Analisis
Pola Komunikasi
Dalam tantangan yang membutuhkan kerja sama, pola
komunikasi adalah data psikologis yang krusial.
- Agresif:
"Kalian semua salah! Ikuti cara saya!"
- Pasif:
Diam, meski tahu solusinya.
- Asertif:
"Ide kamu bagus, tapi bagaimana jika kita gabungkan dengan cara ini
untuk efisiensi?"
Program berbasis outbound ini efektif memetakan siapa
yang memiliki pola komunikasi pemimpin.
Baca Juga : Pelatihan Outbound Mahasiswa Brawijaya Malang, Membangun Karakter dan Jiwa Kepemimpinan!
Membangun
Keberanian Mengambil Keputusan di Alam Terbuka
Setelah "cermin" menunjukkan kelemahan,
tahap selanjutnya adalah "membangun". Inilah inti dari membangun
keberanian mengambil keputusan di alam terbuka.
Bagi mahasiswa Universitas Brawijaya, yang
terbiasa dengan lingkungan akademis di mana "salah" adalah sesuatu
yang harus dihindari, ketakutan mengambil keputusan sering kali melumpuhkan.
Laboratorium
"Aman untuk Gagal"
Outbound menyediakan sesuatu yang tidak dimiliki ruang
kelas: "ruang aman untuk gagal" (safe space to fail). Jika tim
gagal dalam simulasi, konsekuensinya adalah mereka basah kuyup atau harus
mengulang, bukan IPK yang jatuh atau kehilangan proyek miliaran.
Kegagalan yang "murah" inilah yang menjadi
pelajaran paling mahal. Ini melatih otot keberanian. Peserta, terutama calon
pemimpin, didorong untuk membuat keputusan, melihat hasilnya, dan jika gagal,
mereka tidak dihakimi, melainkan dibimbing dalam sesi.
Dari
Analisis Menjadi Aksi
Sesi debriefing adalah jembatan antara
permainan dan realitas. Fasilitator akan bertanya, "Perasaan ragu-ragu
saat mengambil keputusan tadi, apakah itu yang sering kamu rasakan di rapat
BEM?"
Momen "aha!" inilah yang mengubah seorang
aktivis. Mereka belajar bahwa kepemimpinan bukanlah tentang membuat keputusan
yang selalu benar, tetapi tentang memiliki keberanian untuk membuat keputusan
dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Program pada akhirnya adalah sebuah investasi
psikologis. Mahasiswa Baraawijaya tidak hanya pulang dengan sertifikat, tetapi
dengan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri pola mental
mereka, cara mereka mengelola emosi, dan keberanian mereka untuk bertindak.
Itulah bekal pemimpin yang sesungguhnya.
Gambar : ILustrasi by Ai
Penulis : Rebecca Maura B (bcc)
.png)
