Masjid Namira Lamongan, Sebuah Pencapaian Arsitektur Religius

Masjid Namira Lamongan, Sebuah Pencapaian Arsitektur Religius

Masjid Namira di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, adalah salah satu masjid modern yang menonjol di antara masjid-masjid di kawasan Jawa Timur. Dengan desain yang megah, kapasitas besar, dan keunikan estetis ala Timur Tengah, masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga destinasi wisata religi yang menarik bagi banyak orang.

Berikut ini ulasan mendalam mengenai latar belakang, struktur, keunikan, dan peran sosial Masjid Namira.

 

Sejarah Pendirian dan Perkembangan

Awal Mula Pendirian

Masjid Namira resmi dibuka dan mulai digunakan untuk ibadah pada 1 Juni 2013 (22 Rajab 1434 H). Pendirian masjid ini dilatarbelakangi rasa syukur dari pasangan pengusaha asal Lamongan, yaitu H. Helmy Riza dan Hj. Eny Yuli Arifah. 

Awalnya, bangunan Masjid Namira hanya mampu menampung sekitar 500 jamaah. Seiring berjalannya waktu dan meningkatnya antusiasme masyarakat, masjid mengalami ekspansi dan renovasi untuk memperluas kapasitas dan fasilitasnya. 

Ekspansi dan Renovasi Besar

Pada awal Oktober 2016, Masjid Namira diperbarui dan diperluas hingga menempati luas lahan sekitar 2,7 hektar dengan bangunan seluas 2.750 meter persegi. Setelah renovasi tersebut, masjid ini mampu menampung hingga ± 2.500 jamaah.

Beberapa sumber menyebut kapasitas aspiratif bahkan lebih, namun angka 2.500 jamaah adalah yang paling sering dikutip.  Penelitian akademik menyebutkan bahwa masjid ini juga difungsikan sebagai “masjid transit” yang siap melayani jamaah dan musafir selama 24 jam. 

 

Lokasi dan Aksesibilitas

Masjid Namira terletak di Jl. Raya Lamongan, Mantup, Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Karena berada di jalur raya utama (Lamongan, Mantup), masjid ini mudah diakses oleh warga lokal maupun yang melintas. 

Pengurus Masjid Namira cukup aktif di media sosial, menyediakan update kegiatan kajian, acara, dan layanan jamaah melalui platform seperti Facebook, Instagram, Telegram, dan WhatsApp. 

 

Arsitektur dan Nuansa Estetika

Gaya Arsitektur Timur Tengah dan Inspirasi Tanah Suci

Desain Masjid Namira mengambil inspirasi dari arsitektur Masjidil Haram dan elemen-elemen Timur Tengah agar jamaah dapat merasakan atmosfer ibadah seperti di Tanah Suci. Arsitektur ini dihadirkan melalui kubah emas yang mencolok, ornamen kaligrafi Arab, serta menara yang tinggi dan berbentuk balok panjang. 

Menara Masjid Namira dihiasi kaligrafi lafadz “Allah” di bagian atas, sehingga menjadi elemen visual yang sangat mencolok saat dilihat dari kejauhan. Ornamen gaya Arab (geometrik dan pola ukiran khas) juga menghiasi fasad dan elemen fasade luar masjid. 

Interior dan Atmosfer Religi

Salah satu keunikan masjid ini adalah adanya kiswah, kain ornament yang biasanya dijumpai di Masjidil Haram yang dipajang di area mihrab. Di dalam masjid juga dipadukan elemen kaca, pencahayaan lembut, serta parfum berkualitas agar atmosfer ruang terasa wangi dan menyegarkan. 

Pada malam hari, pencahayaan hangat dan iluminasi lampu masjid menambah kesan megah dan menenangkan bagi jamaah maupun pengunjung. Selain itu, lingkungan masjid dilengkapi dengan taman, kolam air, dan tanaman bonsai yang mempercantik suasana sekitar.

Kolam dan elemen air dipercaya memberikan nuansa kesejukan dan relaksasi visual. 

 

Nama dan Filosofi Masjid

Nama “Namira” diambil dari nama anak keempat pendiri masjid, yaitu Ghasani Namira Mirza. Nama ini juga dianggap mencerminkan makna “sopan” atau “bangsawan” dalam Bahasa Arab.

Beberapa pihak juga menyebut bahwa nama tersebut terinspirasi oleh istilah “Namira” di Arafah. Pilihan nama ini dianggap sebagai simbol rasa syukur atas karunia keturunan perempuan dan sekaligus identitas unik bagi masjid tersebut. 

 

Keunikan dan Daya Tarik Khusus

Beberapa aspek menonjol menjadikan Masjid Namira berbeda dari masjid-masjid biasa:

  • Nuansa ala Masjidil Haram, Atmosfer ruang ibadah dibuat sedekat mungkin dengan suasana Masjidil Haram termasuk penggunaan kiswah dan aroma khas. 
  • Kaligrafi Menara, Menara tinggi dihiasi kaligrafi “Allah” dan ornamen khas Arab, menjadikan masjid mudah dikenali dari kejauhan. 
  • Fasilitas jamaah, Tersedia kulkas umum gratis yang menyajikan air mineral bagi jamaah, terutama saat puasa sunnah. 
  • Warung Subuh Gratis (WARAS), Setiap hari Minggu, pengurus menyediakan sarapan gratis bagi jamaah. 
  • Kolam air dan taman, Mempercantik kawasan masjid dan menghadirkan suasana sejuk. 
  • Iluminasi malam, Pencahayaan estetis malam hari membuat masjid terlihat menarik dan dramatis setelah malam tiba.

 

Aktivitas Keagamaan dan Sosial

Ibadah dan Kajian

Masjid Namira bukan hanya digunakan untuk salat wajib, tetapi juga menjadi tempat kajian rutin dan kegiatan keagamaan. Selama bulan Ramadan, masjid ini menjadi sangat ramai dengan rangkaian kegiatan seperti buka puasa gratis, sahur gratis, kajian tiga kali sehari, hingga i’tikaf selama 10 malam terakhir.

Dalam satu hari Ramadan, jumlah porsi buka puasa bisa mencapai kuarang lebih 2.000 porsi.  Selain itu, program sosial yang konsisten adalah Warung Subuh Gratis (WARAS) yang menyajikan sarapan pada hari Minggu bagi jamaah. 

Fungsi Sosial dan Peran Komunitas

Masjid Namira juga berperan sebagai pusat kegiatan sosial dan pembinaan masyarakat di sekitar. Dalam beberapa kajian dan khutbah Jumat, tema-tema keagamaan, moralitas, dan tantangan zaman modern sering disampaikan. 

Pengurus masjid terlibat aktif dalam manajemen media sosial dan komunikasi daring, sehingga jamaah dapat terhubung dengan kegiatan dan berita masjid secara lebih luas. 

Masjid Namira

Ulasan Pengunjung dan Reputasi

Masjid Namira mendapat ulasan positif dari pengunjung yang menyebut keindahan, kenyamanan, dan suasana religiusnya. Beberapa pengunjung menyatakan bahwa berada di dalam masjid terasa seperti di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi karena aroma, kiswah, dan keasrian interior. 

TripAdvisor menyebut Masjid Namira sebagai salah satu objek wisata religi di Lamongan. Fasilitas masjid seperti kebersihan tempat wudlu, toilet, dan area parkir juga diapresiasi. 

 

Baca Juga: Masjid Namira Lamongan, Simbol Modernitas dan Spiritualitas Umat Islam


Tips Berkunjung dan Etika

Untuk Anda yang berencana mengunjungi Masjid Namira, berikut beberapa tips agar kunjungan lebih nyaman dan berkesan:

  1. Waktu terbaik, Selain shalat wajib, waktu jelang maghrib dan malam hari (setelah Isya) sangat cocok untuk menikmati iluminasi masjid dan suasana tenang.
  2. Pakaian sopan, Kenakan pakaian yang rapi dan menutup aurat sesuai etika masjid.
  3. Bergabung dalam kegiatan, Jika berkunjung saat Ramadan, Anda bisa ikut buka puasa atau sahur gratis, serta mendengarkan kajian.
  4. Menghormati jamaah local, Jaga ketenangan dan kebersihan selama berada di dalam atau sekitar masjid.
  5. Dokumentasi, Waktu siang dan malam menawarkan sudut foto menarik karena arsitektur dan pencahayaan masjid.

Vendor Outbound Batu Malang

Masjid Namira Lamongan adalah bukti bahwa sebuah nilai religius dan estetika bisa berpadu dengan baik. Sejak pendiriannya pada 2013 oleh pasangan Helmy Riza dan Eny Yuli Arifah, masjid ini telah berkembang menjadi ikon sekaligus pusat spiritual di Lamongan.

Dengan kapasitas sekitar 2.500 jamaah, arsitektur bernuansa Timur Tengah, fasilitas unggulan, serta aktivitas keagamaan dan sosial yang aktif, Masjid Namira menawarkan lebih dari sekadar tempat salat, ia adalah wadah inspirasi, komunitas, dan pengalaman spiritual bagi siapa pun yang mampir.


Penulis: Beatrice Rezqikha Zerlinda (bea)

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *