Candi Tikus: Gerbang Menuju Jantung Kota Majapahit
Di hamparan luas Trowulan, Mojokerto, sebuah struktur batu bata merah kuno terbenam dengan anggun di bawah permukaan tanah. Ini adalah Candi Tikus, sebuah nama yang mungkin terdengar sederhana, namun menyimpan rahasia besar peradaban nusantara.
Ini bukanlah sekadar tumpukan batu; ini adalah
saksi bisu kemajuan teknologi dan spiritualitas Kerajaan Majapahit.
Bagi banyak orang, candi adalah tempat
pemujaan. Namun, Candi Tikus mematahkan asumsi itu. Ia adalah sebuah mahakarya
tata air, sebuah petirtaan (pemandian suci) yang berfungsi sebagai
gerbang simbolis menuju jantung ibu kota kerajaan terbesar yang pernah ada di
Indonesia.
Menelusuri Sejarah Candi Tikus Mojokerto
adalah menyelami bagaimana Majapahit, sebagai warisan agung bangsa, mengelola
elemen paling vital: air.

Awal Mula
Penemuan Candi Tikus
Keberadaan candi ini terkubur selama ratusan
tahun, terlupakan oleh sejarah, hingga akhirnya ditemukan kembali secara tidak
sengaja pada tahun 1914.
Lokasi di
Jantung Ibu Kota
Candi Tikus terletak di Dukuh Dinuk, Desa
Temon, Kecamatan Trowulan. Lokasinya sangat strategis, berada dalam kawasan
yang diyakini sebagai pusat ibu kota Majapahit.
Kawasan ini, dikenal sebagai situs Trowulan,
adalah sebuah kompleks perkotaan kuno yang luas. Keberadaan Candi Tikus di sini
memperkuat teori bahwa area ini adalah pusat permukiman elit dan ritual
kerajaan.
Kisah di
Balik Nama "Tikus"
Nama "Candi Tikus" muncul dari
proses penemuannya. Saat ditemukan oleh seorang bupati Mojokerto, struktur yang
terlihat hanyalah sebuah gundukan tanah tinggi.
Anehnya, gundukan tanah tersebut justru
menjadi sarang favorit bagi tikus-tikus sawah.
Penduduk setempat yang melihat fenomena itu
lantas menjulukinya sebagai "Candi Tikus". Nama yang unik ini melekat
erat, bahkan setelah proses ekskavasi mengungkap wujud aslinya yang megah.
Mengungkap
Kemegahan yang Terkubur
Proses ekskavasi atau penggalian dilakukan
secara bertahap. Apa yang awalnya dikira gundukan tanah biasa, ternyata adalah
puncak dari sebuah bangunan candi yang terkubur beberapa meter.
Pemugaran intensif akhirnya menampakkan wujud
asli candi: sebuah kompleks kolam pemandian yang sangat terstruktur,
membuktikan kemajuan arsitektur pada masanya.
Membedah
Arsitektur Unik Sang Petirtaan
Keunikan Candi Tikus terletak pada desain dan
fungsinya, yang berbeda total dari candi-candi besar lain seperti Borobudur
atau Prambanan.
Bukan Candi
Pemujaan, Tapi Pemandian Suci
Struktur utamanya menegaskan bahwa ini adalah
sebuah petirtaan suci. Candi ini terdiri dari sebuah kolam persegi besar
dengan bangunan utama di tengahnya.
Fungsinya jelas bukan untuk menyembah dewa
secara langsung, melainkan sebagai tempat ritual penyucian diri bagi keluarga
kerajaan sebelum mereka melakukan upacara keagamaan yang lebih besar.
Simfoni
Batu Bata Merah Khas Majapahit
Seluruh struktur candi, dari dinding kolam
hingga bangunan utama, didominasi oleh material batu bata merah. Ini
adalah ciri khas arsitektur Majapahit.
Teknik pemasangan batu bata yang presisi,
saling kunci, dan sangat rapat menunjukkan standar konstruksi yang luar biasa
tinggi pada abad ke-14.
Miniatur
Kosmos di Tengah Kolam
Bangunan utama di tengah kolam diyakini
sebagai miniatur Gunung Meru, gunung suci yang dianggap sebagai pusat
kosmos dalam kepercayaan Hindu-Buddha.
Struktur ini dikelilingi oleh teras-teras yang
dihiasi oleh puluhan pancuran air (disebut jaladwara). Pancuran-pancuran
ini banyak yang berbentuk makara (makhluk mitologi) atau kuncup bunga
padma (teratai), yang merupakan simbol kesucian.
.webp)
Apa
Sebenarnya Fungsi Candi Tikus di Era Majapahit?
Hingga kini, para arkeolog masih mendiskusikan
fungsi pasti dari candi ini, namun ada beberapa teori kuat yang saling
melengkapi.
Teori
Utama: Ritual Penyucian Kerajaan
Teori yang paling banyak diterima adalah
sebagai tempat ritual. Air yang mengalir dari pancuran Meru dianggap sebagai tirta
amerta (air kehidupan) yang suci.
Keluarga kerajaan akan mandi atau membersihkan
diri di kolam ini untuk menyucikan jiwa dan raga, memohon kesuburan, dan
kemakmuran bagi kerajaan. Inilah fungsi Candi Tikus yang paling
esensial.
Teori Lain:
Jantung Sistem Tata Air Ibu Kota
Selain fungsi ritual, ada interpretasi lain
yang tak kalah penting. Candi Tikus diduga berfungsi sebagai bagian dari sistem
manajemen air canggih di ibu kota.
Ia bisa jadi berfungsi sebagai penampung air
bersih untuk kebutuhan istana atau sebagai water control (pengendali
air) untuk mengatur irigasi dan mencegah banjir di kawasan padat Trowulan.
Candi
Tikus sebagai Warisan Agung Majapahit
Candi Tikus lebih dari sekadar destinasi
wisata. Ia adalah sebuah buku sejarah yang terbuat dari batu bata, menceritakan
keagungan Kerajaan Majapahit.
Bukti
Kecanggihan Teknologi Hidraulik
Desain candi ini adalah bukti nyata kemajuan
teknologi hidraulik (tata air) Majapahit. Kemampuan mereka merancang sistem
saluran air masuk dan keluar yang begitu kompleks, serta mengintegrasikannya
dengan filosofi kosmos, menunjukkan peradaban yang sangat maju.
Cagar
Budaya dan Jendela Masa Lalu
Saat ini, Candi Tikus berdiri kokoh sebagai cagar
budaya Mojokerto yang dilindungi. Mengunjungi tempat ini bukan sekadar
rekreasi, tetapi sebuah perjalanan edukatif.
Pengunjung dari semua kalangan dapat melihat
langsung bagaimana leluhur bangsa Indonesia mampu menciptakan karya arsitektur
yang fungsional sekaligus sarat makna spiritual.
Menjaga
Memori Air Majapahit
Sejarah Candi Tikus Mojokerto adalah cerminan dari kecerdasan Majapahit dalam menghormati dan
mengelola air. Candi ini adalah warisan agung yang membuktikan bahwa teknologi
dan spiritualitas dapat berjalan beriringan.
Melestarikan Candi Tikus bukan hanya tugas
pemerintah, tetapi tanggung jawab kita bersama untuk memastikan generasi
mendatang dapat terus belajar dari memori air dan kejayaan Majapahit yang
tersimpan di Trowulan.
Penulis:Reihan Danu Saputra (reyy)
.png)
