Tradisi Osing Banyuwangi Warisan Budaya Asli yang Masih Hidup di Ujung Timur Jawa

Di ujung timur Pulau Jawa, tepatnya di Kabupaten Banyuwangi, hidup sebuah komunitas yang masih menjaga budaya leluhur dengan kuat: Suku Osing. Mereka merupakan keturunan langsung dari masyarakat Kerajaan Blambangan yang menolak tunduk pada kekuasaan Mataram di masa lalu. Sikap teguh dan mandiri inilah yang membuat Suku Osing memiliki karakter khas serta kebudayaan yang berbeda dari masyarakat Jawa pada umumnya.

 

Tradisi Osing tidak hanya sekadar simbol masa lalu, tetapi menjadi identitas hidup yang terus berkembang seiring modernisasi. Dari bahasa, kesenian, hingga adat istiadat, masyarakat Osing mempertahankan warisan mereka dengan kebanggaan yang tinggi.

 

siswa-outbound-dengan-alat-keselamatan-lengkap


Bahasa dan Kehidupan Sosial Masyarakat Osing

Bahasa Osing menjadi salah satu penanda utama keunikan mereka. Sekilas mirip bahasa Jawa, namun memiliki perbedaan kosakata dan intonasi. Contohnya, kata “tidak” dalam bahasa Osing disebut “sing”, bukan “ora” seperti dalam bahasa Jawa.

 

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Osing dikenal ramah dan menjunjung tinggi nilai gotong royong. Upacara adat, kegiatan pertanian, hingga pesta rakyat selalu melibatkan seluruh warga desa sebagai bentuk solidaritas sosial.

 

Upacara Adat Seblang: Tradisi Sakral Pembersih Desa

Salah satu tradisi paling terkenal dari masyarakat Osing adalah Upacara Seblang, ritual tolak bala yang telah diwariskan turun-temurun. Upacara ini hanya bisa dilakukan oleh perempuan yang memiliki garis keturunan tertentu.

 

Tarian Seblang dilakukan dalam keadaan trance (kesurupan) dan dipercaya sebagai media komunikasi antara manusia dan roh leluhur. Iringan musik gamelan, bunga melati, dan dupa menjadi bagian penting dalam prosesi ini.

 

Ritual Seblang biasanya dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri di Desa Olehsari dan Desa Bakungan. Wisatawan yang beruntung bisa menyaksikan langsung keindahan sekaligus kesakralan upacara ini yang menggambarkan keharmonisan manusia dan alam.

 

Baca Juga : Keindahan Air Terjun Telunjuk Raung Banyuwangi Pesona Alam di Kaki Gunung


Tradisi Barong Kemiren: Simbol Kekuatan dan Perlindungan

Selain Seblang, masyarakat Osing juga memiliki tradisi Barong Kemiren yang berasal dari Desa Kemiren. Barong di sini bukan sekadar tarian hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang dalam.

 

Pertunjukan Barong dilakukan sebagai upaya menjaga keseimbangan alam dan menolak bala. Barong dipercaya sebagai simbol kekuatan baik yang melawan kejahatan. Pertunjukan ini sering diadakan pada acara desa, penyambutan tamu penting, atau perayaan budaya.

 

Barong Kemiren kini menjadi ikon budaya Banyuwangi yang dikenal hingga mancanegara. Gerakan dinamis, iringan musik gamelan Osing, dan kostum megah membuatnya selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan.

 

Tradisi Tumpeng Sewu: Wujud Syukur dan Kebersamaan

Salah satu tradisi yang paling dinantikan di Desa Kemiren adalah Tumpeng Sewu, atau seribu tumpeng. Tradisi ini digelar setiap tahun menjelang bulan Suro (penanggalan Jawa) sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas rezeki dan keselamatan.

 

Warga desa secara serempak mengeluarkan tumpeng dari rumah masing-masing dan meletakkannya di sepanjang jalan desa. Setelah doa bersama, semua warga makan bersama dalam suasana penuh keakraban.

 

Tradisi ini mencerminkan kebersamaan dan gotong royong yang menjadi nilai utama masyarakat Osing, sekaligus menjadi simbol keberkahan dari hasil bumi Banyuwangi.

 

Seni Musik dan Tari dalam Tradisi Osing

Kesenian Osing memiliki gaya tersendiri yang membedakannya dari budaya Jawa lainnya. Musik khas Osing menggunakan alat tradisional seperti kendang, saron, gong, dan angklung caruk.

Beberapa bentuk seni yang terkenal antara lain:

  • Tari Gandrung Osing, tarian penuh pesona yang menggambarkan rasa syukur dan cinta.

  • Angklung Caruk, pertunjukan musik bambu yang dimainkan dua kelompok sebagai bentuk kompetisi musikal.

  • Seblang Lukinto, perpaduan tari dan spiritual yang hanya dimainkan dalam suasana sakral.

  • Seni-seni ini tidak hanya dipertunjukkan di festival, tapi juga masih hidup di tengah masyarakat sebagai bagian dari identitas budaya yang dijaga dengan cinta.

 

Rumah Adat dan Arsitektur Osing

Rumah adat Osing disebut “Omah Tikel Balung”, yang berarti rumah dengan empat tiang utama. Desain rumah ini mencerminkan filosofi hidup masyarakat Osing yang sederhana, kuat, dan berlandaskan keseimbangan.

 

Setiap rumah biasanya memiliki pendopo (ruang terbuka) untuk menerima tamu dan kegiatan bersama, serta pawon (dapur) di bagian belakang yang menjadi pusat aktivitas keluarga. Arsitektur ini menunjukkan keterikatan kuat antara fungsi sosial dan nilai budaya.

 

Tradisi Osing Banyuwangi Warisan Budaya Asli yang Masih Hidup di Ujung Timur Jawa

Kuliner Tradisional Osing: Warisan Rasa yang Autentik

Tradisi Osing juga tercermin dalam kuliner khasnya yang sederhana namun kaya rasa. Beberapa makanan tradisional yang terkenal antara lain:

  • Pecel Pitik, olahan ayam kampung yang dibakar dan disiram sambal kelapa parut, biasa disajikan dalam acara adat.

  • Sego Tempong, nasi dengan sambal pedas yang “menampar” lidah.

  • Rujak Soto, perpaduan unik antara rujak dan soto khas Banyuwangi.

  • Hidangan-hidangan ini tidak hanya dinikmati sehari-hari, tetapi juga disajikan dalam upacara adat dan perayaan desa sebagai simbol syukur dan kebersamaan.

 

Baca Juga : Wisata Budaya Banyuwangi Pesona Tradisi, Seni, dan Kearifan Lokal yang Memikat Dunia


Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Tradisi

Meski zaman terus berubah, generasi muda Osing tidak meninggalkan akar budayanya. Mereka aktif dalam komunitas seni dan festival lokal seperti Festival Kuwung, Gandrung Sewu, dan Banyuwangi Ethno Carnival.

 

Pemerintah daerah juga berperan penting dalam mendukung pelestarian budaya Osing melalui promosi pariwisata dan pendidikan budaya di sekolah-sekolah. Hal ini menjadikan Banyuwangi sebagai contoh keberhasilan pelestarian budaya lokal di tengah arus globalisasi.

 

Vendor Outbound Batu Malang

Tradisi Osing Banyuwangi adalah bukti bahwa budaya tidak pernah mati jika dijaga dengan cinta dan kebanggaan. Dari Upacara Seblang yang sakral, Tumpeng Sewu yang penuh makna, hingga seni Gandrung yang memikat dunia, semuanya merupakan bagian dari jati diri masyarakat Banyuwangi.

 

Warisan budaya ini bukan hanya milik masyarakat Osing, tetapi juga bagian dari kekayaan bangsa Indonesia yang patut dilestarikan dan diperkenalkan kepada dunia.

Berwisata ke Banyuwangi berarti menyelami kehidupan yang harmonis antara manusia, alam, dan tradisi sebuah pengalaman budaya yang autentik dan tak terlupakan.

 

Penulis : Karina Dewi Tatontos (rin)

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *