Makam Gus Dur Jombang: Tempat Ziarah Penuh Makna bagi Negeri
Bagi
masyarakat Indonesia, nama Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur
tentu bukan nama asing di telinga. Sosoknya sebagai Presiden ke-4 RI
yang dikenal dengan pemikiran pluralisme dan toleransinya yang luar biasa,
memang telah menorehkan jejak mendalam di hati bangsa.
Tak heran,
setelah beliau wafat, Makam Gus Dur di Jombang, Jawa Timur, tak
pernah sepi dari lautan peziarah. Tempat ini bukan sekadar kompleks pemakaman
biasa, melainkan sebuah destinasi wisata religi yang sarat akan makna
dan spiritualitas, seolah menjadi monumen hidup dari ajaran-ajaran mulia
beliau.
Memahami Jejak Sang
Guru Bangsa
Sebelum
menyelami lebih jauh tentang makna ziarah di makamnya, ada baiknya kita sedikit
menilik kembali siapa sebenarnya Gus Dur. Lahir dengan nama Abdurrahman
Addakhil, beliau adalah cucu dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pendiri
organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).
Sejak muda, Gus Dur telah menunjukkan
kecerdasan dan pemikiran yang melampaui zamannya. Perjalanan hidupnya diisi
dengan perjuangan untuk menegakkan nilai toleransi, pluralisme,
dan kemanusiaan dalam setiap sendi kehidupan berbangsa.
Gus Dur
selalu berpandangan bahwa keberagaman adalah sebuah kekayaan, bukan perpecahan.
Melalui berbagai pidato, tulisan, dan tindakan nyata, beliau terus menyerukan
pentingnya inklusivitas dan persaudaraan antarumat beragama.
Keteguhannya dalam membela minoritas, bahkan
ketika itu tidak populer, menjadikannya ikon perdamaian yang dihormati
banyak kalangan. Warisan pemikiran inilah yang terus hidup dan menjadi magnet
bagi ribuan orang untuk berziarah ke makamnya. Mereka datang bukan hanya untuk
mendoakan, melainkan juga untuk merenungkan dan menyerap spirit perjuangan Gus
Dur.
Baca juga: Surabaya North Quay: Destinasi View Kapal Pesiar dan City Light Terbaik di Surabaya
Pesona Ziarah di Pondok
Pesantren Tebuireng
Makam
Gus Dur sendiri
berlokasi di dalam kompleks Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Lokasi
ini sungguh strategis dan sarat sejarah, karena di sinilah juga bersemayam
makam para leluhur Gus Dur yang juga merupakan ulama besar dan pahlawan
nasional, yakni KH Hasyim Asy'ari dan KH Wahid Hasyim.
Keberadaan
makam Gus Dur di antara makam para pendiri bangsa ini semakin menambah nilai
historis dan spiritualitas kawasan tersebut.
Setibanya
di Pondok Pesantren Tebuireng, peziarah akan merasakan suasana yang
damai dan khusyuk. Meskipun selalu ramai, ada energi positif yang terpancar
dari setiap sudut kompleks makam. Ribuan orang dari berbagai latar belakang,
suku, dan agama, tumpah ruah di sana, melebur dalam satu tujuan: menghormati
dan mengenang sosok Gus Dur.
Mereka
terlihat tekun memanjatkan doa, membaca Yasin, atau sekadar berdiam diri
merenungkan kebesaran sosok yang berjuluk "Bapak Bangsa" ini.
Salah satu
hal yang menarik perhatian adalah batu nisan Gus Dur yang unik. Terdapat
tulisan dalam empat bahasa: Indonesia, Arab, Mandarin, dan Inggris, yang
berbunyi, "Di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan".
Inskripsi
ini seolah menegaskan kembali esensi perjuangan Gus Dur yang melampaui
batas-batas suku, agama, dan negara. Ia adalah milik bersama, simbol dari
universalitas nilai kemanusiaan.
Pengalaman ziarah
kubur di Makam Gus Dur seringkali menjadi momen kontemplasi yang mendalam.
Banyak yang bersaksi bahwa setelah berziarah, mereka merasa mendapatkan
ketenangan batin, inspirasi baru, atau bahkan jawaban atas persoalan hidup.
Kehadiran berbagai macam peziarah – dari
santri, akademisi, pejabat, hingga masyarakat awam – menunjukkan betapa luasnya
jangkauan pengaruh dan cinta yang diberikan kepada Gus Dur. Mereka datang untuk
meneladani kesederhanaan, kecerdasan, dan keberanian Gus Dur dalam menyuarakan
kebenaran.
Fasilitas dan Kemudahan
Akses untuk Peziarah
Sebagai
salah satu destinasi wisata religi paling populer di Jawa Timur,
pengelolaan Makam Gus Dur sangat memperhatikan kenyamanan peziarah.
Kompleks
makam ini dibuka setiap hari dengan jam operasional yang memadai, bahkan hingga
dini hari. Umumnya, makam ini buka dalam dua sesi, yaitu pagi hingga sore hari,
dan dilanjutkan lagi pada malam hingga dini hari, dengan jeda waktu di sore
hari untuk kegiatan pondok.
Untuk memasuki kawasan makam, peziarah tidak
dikenakan harga tiket masuk alias gratis, meskipun ada tarif retribusi
untuk parkir kendaraan. Area parkir yang luas juga tersedia untuk menampung
kendaraan rombongan besar maupun pribadi.
Di sekitar
kompleks makam, berbagai fasilitas pendukung juga tersedia lengkap. Anda
akan menemukan banyak kios yang menjual oleh-oleh khas Jombang, makanan dan
minuman, hingga perlengkapan busana muslim. Warung makan dengan aneka hidangan
lokal siap memanjakan lidah para peziarah yang mungkin merasa lapar setelah
menempuh perjalanan jauh.
Toilet dan area istirahat yang bersih juga
mudah ditemukan, memastikan kenyamanan selama berkunjung. Bagi yang ingin
menginap, tersedia juga beberapa penginapan atau pesantren yang menyediakan
fasilitas bagi peziarah.
Keberadaan
makam Gus Dur ini tak hanya memberikan dampak spiritual, tetapi juga ekonomi
bagi masyarakat sekitar. Banyak warga yang menggantungkan hidupnya dari
aktivitas ziarah ini, mulai dari pedagang, pengelola parkir, hingga jasa
transportasi. Ini adalah bukti nyata bagaimana sebuah tempat yang penuh makna
spiritual mampu menggerakkan roda perekonomian lokal.
Lebih dari Sekadar
Ziarah, Sebuah Refleksi Mendalam
Berkunjung
ke Makam Gus Dur Jombang bukan sekadar ritual keagamaan semata,
melainkan sebuah kesempatan langka untuk melakukan refleksi mendalam. Di
sinilah kita diingatkan kembali tentang pentingnya sejarah Islam Indonesia
yang kaya akan nilai-nilai luhur, dan bagaimana seorang Kyai Haji
seperti Gus Dur mampu menerjemahkan ajaran agama menjadi aksi nyata yang
berdampak pada kemajuan bangsa.
Setiap
jengkal tanah di kompleks ini seolah menyimpan cerita tentang perjuangan Gus
Dur dalam membangun jembatan antarperbedaan, menaburkan benih toleransi,
dan menguatkan pluralisme di tengah masyarakat yang majemuk.
Peziarah
diajak untuk tidak hanya mendoakan arwah beliau, tetapi juga meneladani
semangat dan pemikirannya. Gus Dur mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang
ramah, yang merangkul, bukan memukul. Ajaran ini, yang juga merupakan inti dari
ajaran Nahdlatul Ulama, begitu terasa relevan di tengah tantangan zaman
saat ini.
Jadi, jika
Anda mencari sebuah perjalanan yang tidak hanya menenangkan jiwa, tetapi juga
memperkaya wawasan tentang spritualitas dan nilai-nilai kebangsaan,
Makam Gus Dur di Jombang adalah destinasi yang wajib masuk dalam daftar
perjalanan Anda. Rasakan sendiri aura kedamaian dan inspirasi yang terpancar
dari sosok Guru Bangsa yang tak lekang oleh waktu ini.