Mengenal Candi Bajang Ratu, Gerbang Majapahit yang Ikonik

Mengenal Candi Bajang Ratu, Gerbang Majapahit yang Ikonik
Sumber: Radar Majapahit 

Mojokerto bukan hanya deretan sawah hijau dan kota industri, tetapi juga gudang peninggalan sejarah. Salah satu situs yang terus memancarkan daya tarik masa silam adalah Candi Bajang Ratu, sebuah gapura merah bata yang menjulang anggun di Trowulan.

Wisata Mojokerto kini semakin menggeliat berkat pesona warisan Majapahit yang satu ini. Bagaimana kisah di balik namanya? Apa keistimewaannya sebagai saksi bisu kerajaan besar Nusantara? Mari kita dalami jejak sejarah yang terukir di setiap bata Candi Bajang Ratu.



Latar Belakang: Jejak Majapahit yang Tak Terhapus Waktu

Tidak banyak tempat di Indonesia yang mampu membawa pengunjung seolah melangkah ke lorong waktu seperti Trowulan. Kawasan ini disebut-sebut sebagai bekas ibu kota Kerajaan Majapahit yang berjaya pada abad ke-13 hingga 15.

Bajang Ratu menjadi salah satu ikon wisata sejarah Mojokerto, berdiri sebagai gapura monumental yang konon menghubungkan dunia fana dengan kawasan sakral kerajaan.

Meningkatnya kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, mencerminkan rasa ingin tahu publik terhadap warisan budaya ini. Selain fungsi wisata, Bajang Ratu kini juga menjadi lokasi edukasi sejarah bagi sekolah, komunitas sejarah, hingga peneliti arkeologi.



Sejarah dan Asal-Usul Nama Bajang Ratu

Makna “Bajang Ratu” yang Sarat Simbol

Nama Bajang Ratu tak hanya sekadar label. Kata “bajang” dalam Bahasa Jawa dapat merujuk pada sesuatu yang kecil atau muda. Sementara “ratu” jelas berarti raja. Legenda menyebutkan, gapura ini erat kaitannya dengan Raja Jayanegara, penguasa kedua Majapahit yang naik tahta di usia belia.


Namun, sejarawan juga memiliki versi lain. Ada yang berpendapat istilah “bajang” justru menggambarkan bentuk gapura yang ramping dan tinggi dibanding bangunan candi lain di wilayah Trowulan.


Hubungan dengan Raja Majapahit

Kisah tragis Raja Jayanegara yang wafat karena dibunuh pengawalnya ikut melekatkan nuansa mistis pada Bajang Ratu. Ada teori bahwa gapura ini menjadi monumen peringatan bagi sang raja.

Namun, sejarawan lain meyakini fungsinya lebih sebagai gapura paduraksa yang menjadi pintu menuju area sakral. Ini memperlihatkan betapa Bajang Ratu bukan hanya sekadar struktur batu, melainkan simbol perjalanan spiritual di masa Majapahit.


Candi Bajang Ratu berdiri megah di Trowulan, Mojokerto, menampilkan gapura paduraksa bata merah khas Majapahit di tengah taman hijau.
Sumber: Radar Majapahit 

Keindahan Arsitektur Bajang Ratu

Dominasi Bata Merah, Ciri Majapahit

Jika pertama kali memandang Bajang Ratu, hal paling mencolok adalah warna bata merahnya. Material ini menjadi ciri khas arsitektur Majapahit. Permukaan bata tidak dibiarkan polos, tetapi diukir dengan ragam hias yang rumit, mulai dari flora, sulur tanaman, hingga hewan mitologi.

Bajang Ratu berdiri di tengah halaman luas, menciptakan kontras warna antara bata merah dengan hamparan rumput hijau. Ini membuat tempat ini menjadi spot fotografi yang sangat diminati dalam wisata Mojokerto.


Bentuk Gapura Paduraksa

Gapura Bajang Ratu berjenis paduraksa, yaitu gapura beratap yang menandai pintu masuk area suci. Bentuknya tinggi menjulang dengan atap bertingkat. Pintu tengahnya sempit namun sangat tinggi, menimbulkan kesan monumental sekaligus anggun.

Setiap sisi gapura dihiasi ukiran rumit yang menunjukkan keahlian perajin Majapahit. Ornamen ini bukan sekadar hiasan, melainkan menyimpan makna filosofis tentang perlindungan dan penolak bala.


Ornamen Kala dan Relief Unik

Salah satu keunikan Bajang Ratu terletak pada relief Kala, makhluk raksasa penolak roh jahat, terpahat jelas di atas pintu utama. Selain itu, terdapat relief-relief bergambar singa bersayap, naga kecil, serta pola tanaman. Detail-detail ini menambah nilai seni sekaligus menjadi sumber penelitian tentang simbolisme keagamaan pada masa Majapahit.


Ukuran dan Kondisi Pelestarian

Bajang Ratu berdiri setinggi 16,5 meter. Lebar celah pintu utamanya sekitar 1,4 meter. Meskipun beberapa bagian sempat mengalami kerusakan, restorasi yang dilakukan pemerintah cukup berhasil mengembalikan wujud aslinya. Kini, situs ini dikelilingi taman tertata rapi, memberi suasana teduh yang membuat pengunjung betah.



Bajang Ratu sebagai Destinasi Wisata Mojokerto

Suasana Kawasan Candi

Menginjakkan kaki di kompleks Bajang Ratu, pengunjung langsung disambut suasana tenang. Jalur setapak memudahkan wisatawan berkeliling sambil menikmati relief. Papan informasi edukatif tersebar di beberapa titik, menambah nilai kunjungan, terutama bagi pelajar atau pecinta sejarah.

Selain itu, kawasan ini terjaga kebersihannya. Tidak heran Bajang Ratu kini menjadi salah satu primadona wisata Mojokerto.


Tiket Masuk dan Akses Lokasi

Bajang Ratu buka setiap hari pukul 08.00 – 16.00. Tiket masuknya relatif murah, antara Rp5.000 hingga Rp10.000 per orang. Lokasinya sangat strategis, hanya sekitar 13 km dari pusat Kota Mojokerto, melewati jalur utama Trowulan. Jalur menuju situs pun sudah beraspal baik, memudahkan akses kendaraan pribadi maupun bus pariwisata.


Event Budaya dan Aktivitas

Bajang Ratu kerap dijadikan lokasi event budaya seperti Festival Majapahit, kirab kostum tradisional, hingga lomba fotografi. Keberadaan acara semacam ini membuat kawasan Trowulan tak hanya sebagai destinasi kunjungan, tetapi juga pusat kegiatan budaya yang meriah. Ini menjadi nilai tambah dalam peta wisata sejarah Mojokerto.


Baca juga: Mengarungi Jejak Sejarah Majapahit di Candi Penataran: Mahakarya Arsitektur Kuno di Blitar


Peran Bajang Ratu dalam Peta Wisata Mojokerto

Keterkaitan dengan Situs Trowulan Lainnya

Bajang Ratu memiliki hubungan erat dengan beberapa situs sejarah lain seperti Candi Tikus, Kolam Segaran, dan Gapura Wringin Lawang. Banyak paket wisata sejarah Mojokerto yang mengombinasikan kunjungan ke tempat-tempat ini dalam satu hari, menawarkan pengalaman napak tilas peradaban Majapahit.


Potensi Pengembangan Wisata Edukasi

Bajang Ratu menyimpan potensi besar sebagai destinasi edukasi. Pengembangan teknologi digital seperti augmented reality atau pemandu virtual bisa menjadi cara baru mengenalkan sejarah Majapahit kepada generasi muda. Dengan narasi yang kreatif, Bajang Ratu dapat menjadi magnet wisata tidak hanya berskala lokal, tetapi juga internasional.


Ajakan Melestarikan Warisan Budaya

Seindah apa pun Bajang Ratu, keindahannya hanya akan bertahan jika kita bersama-sama menjaganya. Pengunjung diimbau tidak memanjat dinding gapura, tidak mencorat-coret relief, dan selalu membuang sampah pada tempatnya. Mari rawat wisata Mojokerto ini, demi masa depan warisan budaya bangsa.


Magang Mahasiswa di Malang


Candi Bajang Ratu adalah sepotong kisah megah Majapahit yang masih berdiri kokoh di Trowulan. Tak hanya mempesona lewat keindahan bata merahnya, Bajang Ratu juga menjadi pintu gerbang memahami jejak masa lalu Nusantara.

Bagi Anda yang ingin mengeksplorasi sisi lain wisata Mojokerto, gapura ini adalah destinasi yang layak dijadikan prioritas. Mari berjalan menyusuri lorong waktu, meresapi keindahan seni, sekaligus menghormati sejarah yang terukir di setiap reliefnya.



FAQ Mengenai Candi Bajang Ratu

Apa fungsi asli Candi Bajang Ratu?

Banyak ahli meyakini Bajang Ratu adalah gapura paduraksa yang berfungsi sebagai pintu masuk ke area sakral. Namun ada pula yang menganggapnya monumen peringatan Raja Jayanegara.


Berapa harga tiket masuk ke Candi Bajang Ratu?

Harga tiket berkisar Rp5.000 – Rp10.000 per orang. Biaya bisa berubah saat ada event budaya tertentu.


Bagaimana akses ke lokasi Candi Bajang Ratu?

Situs ini terletak di Trowulan, Mojokerto. Dapat diakses lewat jalur utama Mojokerto – Jombang. Jalanan sudah beraspal baik, cocok untuk kendaraan pribadi atau bus wisata.


Apakah Candi Bajang Ratu cocok untuk wisata edukasi?

Sangat cocok. Selain keindahan arsitektur, Bajang Ratu menyimpan banyak nilai sejarah yang bisa dipelajari, baik oleh pelajar, mahasiswa, maupun peneliti sejarah.


Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *