Makam KH Muhammad Shiddiq Wisata Religi di Jantung Kota Jember
Makam KH Muhammad Shiddiq, atau yang akrab disapa Mbah
Shiddiq, merupakan salah satu destinasi wisata religi penting di Kabupaten
Jember. Lokasinya berada di Jalan Gajah Mada, Lingkungan Condro, Kecamatan
Kaliwates, yang termasuk kawasan strategis di pusat kota.
Setiap hari, tempat ini ramai dikunjungi peziarah dari
Jember maupun luar daerah. Makam ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat
peristirahatan terakhir seorang ulama besar, tetapi juga menjadi bagian dari
makam ulama Jawa Timur yang dijadikan pusat ziarah.
Pengunjung biasanya datang pada pukul 09.00–19.00 WIB
tanpa dipungut biaya, menjadikannya destinasi yang mudah diakses oleh siapa
saja. Pemerintah daerah dan komunitas pesantren setempat turut serta dalam
menjaga kelestarian area makam.
Hal ini bukan hanya sebagai bentuk penghormatan,
tetapi juga bagian dari upaya merawat warisan keagamaan dan budaya Jember.
Sejarah
Singkat KH Muhammad Shiddiq
KH Muhammad Shiddiq dikenal luas sebagai ulama
berpengaruh yang menyebarkan ajaran Islam di kawasan Jember dan sekitarnya.
Beliau tidak hanya aktif dalam dakwah, tetapi juga mendirikan Pondok Pesantren
Ash-Shiddiqiyyah di Talangsari, Kaliwates. Pesantren ini hingga kini masih
berjalan aktif, menjadi tempat pendidikan agama bagi generasi muda, sekaligus
meneruskan tradisi keilmuan keluarga besar Shiddiq.
Warisan beliau tidak sekadar berupa pesantren, tetapi
juga jaringan keilmuan dan dakwah yang terus hidup. Bagi masyarakat Jember,
nama Mbah Shiddiq bukan hanya simbol ulama, tetapi juga penopang tradisi dan
nilai spiritual yang diwariskan dari masa ke masa.
Lokasi dan
Akses Wisata Religi
Makam Mbah Shiddiq sangat mudah dijangkau karena
berada di pusat kota Jember. Lokasinya yang dekat dengan jalan utama
menjadikannya aksesibel baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Tidak ada tiket masuk, sehingga masyarakat luas dapat
datang berziarah tanpa hambatan biaya.
Jam Kunjung
Makam ini biasanya dibuka dari pukul 09.00 hingga
19.00 WIB. Namun, pada hari-hari besar Islam seperti bulan Ramadan, haul, atau
malam Jumat Kliwon, jam kunjungan bisa lebih fleksibel karena banyaknya jamaah
yang datang.
Suasana dan
Keramaian
Pada hari biasa, suasana makam cenderung tenang,
memberi ruang bagi para peziarah untuk berdoa dengan khusyuk. Namun, ketika
haul atau pengajian digelar, makam dipenuhi jamaah.
Pada momen inilah tradisi ziarah wali Jember terasa
begitu hidup, menegaskan bahwa makam ini merupakan bagian penting dari
rangkaian wisata religi Jawa Timur.
BACA JUGA: Rekomendasi Wisata Religi di Jember untuk Peziarah dan Wisatawan
Warisan
Ulama dan Peran Pesantren
Selain sebagai tempat ziarah, makam ini juga memiliki
nilai historis karena terkait langsung dengan Pesantren Ash-Shiddiqiyyah.
Pesantren ini menjadi simbol penerus perjuangan KH Muhammad Shiddiq dalam
menyebarkan ajaran Islam.
Santri-santri yang menimba ilmu di pesantren tersebut
melanjutkan semangat dakwah yang telah diwariskan. Tidak sedikit tokoh agama
dari Jember yang merupakan alumni atau memiliki ikatan erat dengan pesantren
tersebut.
Dengan demikian, makam Mbah Shiddiq bukan sekadar
ruang spiritual, tetapi juga simbol keberlanjutan tradisi pendidikan Islam.
Pertanyaan
Seputar KH Ahmad Shiddiq
KH Ahmad
Shiddiq Dimakamkan di Mana?
Salah satu putra KH Muhammad Shiddiq yang sangat
dikenal adalah KH Ahmad Shiddiq, ulama yang pernah menjabat sebagai Rais ‘Aam
PBNU. Beliau dimakamkan di Kompleks Pemakaman Auliya, Tambak Mojo, Kediri.
Setiap tahun, makam KH Ahmad Shiddiq rutin diziarahi jamaah, terutama pada saat
haul.
Berapa Putra
KH Ahmad Shiddiq?
Menurut catatan yang dapat diverifikasi, KH Ahmad
Shiddiq memiliki 13 anak dari dua pernikahan. Dari pernikahan pertama lahir 5
anak, sedangkan dari pernikahan kedua lahir 8 anak. Meski ada beberapa
perbedaan data dalam literatur dan catatan keluarga, angka ini yang paling
banyak dikutip.
Hal ini menunjukkan bahwa keluarga besar Shiddiq tidak
hanya besar dalam jumlah, tetapi juga berpengaruh dalam melanjutkan dakwah
Islam, khususnya di lingkungan pesantren dan organisasi keagamaan.
Tradisi
Ziarah dan Adat Setempat
Ziarah ke makam Mbah Shiddiq biasanya dilakukan dengan
membaca doa, tahlil, dan yasinan. Pada malam Jumat Kliwon atau saat haul,
masyarakat berkumpul untuk melaksanakan pengajian dan dzikir bersama.
Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga
bentuk penghormatan kepada ulama yang telah berjasa dalam membimbing umat. Para
juru kunci yang ditunjuk oleh pesantren membantu mengatur jalannya ziarah agar
tetap tertib.
Bagi masyarakat Jember, kegiatan ini juga memperkuat
ikatan sosial, karena banyak jamaah yang datang bersama keluarga atau rombongan
dari pesantren lain.
Fasilitas
dan Peran Pemerintah
Pemerintah Kabupaten Jember melalui Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan bekerja sama dengan komunitas pesantren untuk menjaga kondisi
makam tetap baik. Perawatan area makam, perbaikan fasilitas, serta kebersihan
menjadi fokus utama.
Meski demikian, pengunjung juga diimbau untuk menjaga
etika selama berziarah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:
- Berpakaian sopan.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Tidak mengganggu peziarah lain.
- Menghormati jalannya doa atau ritual.
Tips Ziarah
ke Makam KH Muhammad Shiddiq
Bagi yang ingin berkunjung, berikut beberapa tips yang
dapat membantu:
- Pilih waktu kunjungan di pagi atau
sore hari agar lebih nyaman.
- Bawa air minum secukupnya, terutama
jika berkunjung saat haul.
- Gunakan pakaian sopan, sesuai adab
ziarah.
- Jangan membawa barang berharga berlebihan untuk menghindari risiko hilang.
- Jika ingin mengambil foto, mintalah izin terlebih dahulu
pada pengelola atau juru kunci.
Makam KH Muhammad Shiddiq, atau Mbah Shiddiq, adalah
salah satu pusat wisata religi yang memiliki makna spiritual sekaligus
historis bagi masyarakat Jember. Sebagai bagian dari makam ulama Jawa
Timur, tempat ini bukan hanya menjadi lokasi ziarah, tetapi juga simbol warisan
dakwah dan pendidikan pesantren.
Dengan sejarah panjang, tradisi ziarah yang hidup,
serta peran aktif pesantren dan pemerintah dalam melestarikannya, makam ini
terus menjadi magnet bagi peziarah dari berbagai daerah.
Bagi siapa saja yang ingin merasakan nuansa religius
sekaligus menelusuri jejak ulama besar, berziarah ke makam Mbah Shiddiq adalah
pengalaman yang penuh makna.
Sumber
Gambar 1: Sketsa Nusantara
Sumber Gambar 2: Bangsa Pedia
Penulis:
Avifa