Itinerary Jelajah Jantung Purbakala Tulungagung
Tulungagung adalah sebuah buku sejarah raksasa, dan
Kecamatan Boyolangu adalah bab utamanya. Di wilayah inilah konsentrasi
peninggalan purbakala paling signifikan berkumpul, dari candi di puncak bukit
hingga museum yang menyimpan jejak manusia purba.
Bagi para pecinta sejarah, Boyolangu bukanlah sekadar
destinasi, melainkan sebuah ziarah wajib.
Namun, dengan begitu banyak situs yang berdekatan,
bagaimana cara menjelajahinya secara efisien tanpa merasa terburu-buru?
Bagaimana merangkai kunjungan dari satu titik ke titik lain menjadi sebuah
narasi perjalanan yang utuh?
Jangan khawatir. Kami telah menyusun itinerary satu
hari penuh yang praktis dan mendalam, dirancang untuk membawa Anda menyusuri
jejak waktu di jantung purbakala Tulungagung. Siapkan diri Anda untuk sebuah
perjalanan yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga memperkaya jiwa.
Persiapan
Pagi (08.00 WIB): Bekal dan Kerangka Berpikir
Sebelum mesin kendaraan Anda menyala, pastikan
beberapa hal ini siap:
- Transportasi: Gunakan sepeda motor
untuk fleksibilitas maksimal melewati jalanan desa, atau mobil pribadi.
- Perlengkapan: Kenakan pakaian yang
nyaman dan menyerap keringat, topi, dan alas kaki yang kuat untuk berjalan
kaki. Bawa air minum yang cukup.
- Uang Tunai: Siapkan uang tunai
pecahan kecil untuk tiket masuk dan parkir di beberapa lokasi.
- Kerangka Berpikir: Pahami bahwa
Anda akan mengunjungi situs-situs bersejarah yang beragam. Untuk
mendapatkan gambaran umum tentang pentingnya tempat-tempat ini dalam
konteks yang lebih besar.
Destinasi 1
(09.00 - 10.30 WIB): Menggapai Misteri di Puncak Bukit - Candi Dadi
Kita akan memulai hari dengan sebuah pendakian ringan
yang spiritual. Candi Dadi, yang terletak di puncak bukit, adalah titik awal
yang sempurna. Perjalanan singkat menanjak selama 15-20 menit akan
menghangatkan tubuh Anda sekaligus menyiapkan mental untuk petualangan hari
ini.
Sesampainya di puncak, Anda tidak akan disambut oleh
kemegahan, melainkan oleh kesunyian yang khusyuk. Ambil waktu sejenak untuk
mengagumi panorama 360 derajat Tulungagung dari ketinggian.
Duduklah di dekat batur candi dan biarkan pikiran Anda
mengembara, mencoba memecahkan teka-teki utamanya.
Destinasi 2
(11.00 - 12.30 WIB): Menghormati Sang Ratu Majapahit - Candi Gayatri
Turun dari Candi Dadi, perjalanan kita lanjutkan ke
situs yang menjadi ikon sejarah Boyolangu: Candi Gayatri. Jaraknya tidak
terlalu jauh, hanya sekitar 15 menit berkendara. Berbeda dengan Candi Dadi yang
misterius, Candi Gayatri memiliki identitas sejarah yang lebih jelas.
Baca Juga: Misteri Candi Dadi, Apa Fungsi Sebenarnya Candi Tunggal di Puncak Bukit Tulungagung?
Di sinilah Gayatri Rajapatni, nenek dari Raja Hayam
Wuruk dan salah satu wanita paling berpengaruh di era Majapahit, didharmakan.
Meskipun bangunan candinya sudah tidak utuh, Anda masih bisa melihat fondasi
dan beberapa arca. Pusat perhatian di sini adalah replika Arca Prajnaparamita,
dewi kebijaksanaan yang perwujudannya disamakan dengan Sang Ratu.
Rasakan aura keagungan dan intelektualitas yang
terpancar dari situs ini. Jangan lupa untuk membaca panel informasi yang
tersedia untuk memahami konteks sejarahnya secara penuh.
Istirahat
Siang (12.30 - 13.30 WIB): Cita Rasa Lokal di Sekitar Boyolangu
Setelah menyerap energi sejarah, saatnya mengisi
energi perut. Di sekitar area Boyolangu, terdapat banyak warung sederhana yang
menyajikan masakan khas Tulungagung. Ini adalah kesempatan sempurna untuk
mencoba kuliner lokal.
- Rekomendasi: Carilah warung yang
menjual Ayam Lodho atau Sompil. Keduanya adalah hidangan
otentik yang akan memberikan Anda rasa sejati Tulungagung.
Destinasi 3
(13.30 - 15.00 WIB): Melompat ke Masa Prasejarah - Museum Wajakensis
Dari era kerajaan, kita akan melompat lebih jauh ke
masa lalu. Tujuan kita berikutnya adalah Museum Wajakensis yang terletak di
pusat kota Tulungagung, sekitar 20-30 menit dari Boyolangu. Meskipun secara
administratif tidak di Boyolangu, museum ini adalah bagian tak terpisahkan dari
narasi sejarahnya.
Di museum kecil ini, Anda akan berhadapan langsung
dengan replika fosil Homo wajakensis, manusia purba yang penemuannya
menempatkan Tulungagung di peta paleoantropologi dunia.
Lihatlah berbagai artefak lain dari zaman prasejarah,
Hindu-Buddha, hingga era kolonial. Kunjungan ke sini akan melengkapi perjalanan
waktu Anda, dari era purba hingga keemasan Majapahit.
Ringkasan
Rute dan Estimasi Anggaran
- Rute: Start (Hotel/Pusat Kota) -> Candi Dadi ->
Candi Gayatri -> Makan Siang -> Museum Wajakensis -> Kembali.
- Total Jarak Tempuh: Sekitar 30-40
km (pulang-pergi dari pusat kota).
- Estimasi Waktu: 6-7 jam.
Estimasi
Anggaran per Orang:
·
Tiket Candi Dadi & Gayatri: Rp 10.000 - Rp 15.000
(termasuk parkir)
·
Tiket Museum Wajakensis: Rp 5.000
·
Makan Siang: Rp 20.000 - Rp 30.000
·
Bensin (Motor): Rp 15.000
·
Total: Sekitar Rp 50.000 - Rp
65.000 (sangat terjangkau!)
Warisan yang
Terus Hidup
Saat matahari mulai condong ke barat, perjalanan
sejarah Anda pun berakhir. Anda telah mendaki bukit misterius, memberi
penghormatan pada ratu agung, dan menatap wajah manusia purba.
Anda telah menyaksikan bagaimana warisan di
Tulungagung tidak hanya terukir di batu, tetapi juga terus hidup.
Warisan ini tidak berhenti pada artefak diam. Ia juga
berdenyut dalam irama dan gerak. Jika Anda memiliki waktu lebih di malam hari
atau hari berikutnya, carilah pertunjukan kesenian lokal.