Menjelajahi Klenteng Kwan Sing Bio Tuban dengan Ikon Patung Kepiting Raksasa

Lokasi dan
Daya Tarik Utama
Di jalur Pantura, tepatnya di Jalan R.E. Martadinata
No.1, Kelurahan Karangsari, Tuban, berdiri megah sebuah klenteng yang sudah
lama menjadi ikon kota pesisir ini yakni Klenteng Kwan Sing Bio.
Menghadap langsung ke jalan raya utama, bangunan
dengan warna merah dan kuning mencolok ini tidak hanya menjadi tempat ibadah
bagi umat Tri Dharma (Konghucu, Buddha, dan Tao), tetapi juga destinasi wisata religi yang populer di Jawa Timur.
Banyak pelancong yang singgah sejenak ketika melintas
Pantura. Ada yang datang untuk sembahyang, ada pula yang sekadar berfoto di
depan gapura ikoniknya.
Klenteng ini dikenal karena arsitektur Tionghoa yang
megah, keberadaan patung kepiting raksasa di gapura utama, serta patung
Dewa Kwan Kong setinggi puluhan meter yang sempat mencuri perhatian publik.
Sejarah
Singkat dan Makna Nama
Klenteng Kwan Sing Bio didirikan sebagai bentuk
penghormatan terhadap Dewa Kwan Kong, sosok legendaris dalam sejarah Tiongkok
yang dikenal sebagai lambang keberanian, keadilan, dan kesetiaan. Nama Kwan
Sing Bio sendiri bisa dimaknai sebagai rumah ibadah untuk menghormati Kwan
Kong.
Menurut catatan sejarah lokal, pembangunan klenteng
ini diperkirakan dimulai sekitar tahun 1773. Artinya, usianya sudah lebih dari
dua abad. Fakta ini menjadikan Kwan Sing Bio sebagai salah satu kelenteng
tertua di Jawa Timur yang masih aktif digunakan hingga kini.
Tidak heran jika klenteng ini bukan hanya sekadar
bangunan ibadah, tetapi juga bagian penting dari warisan sejarah dan budaya
Tuban. Hingga sekarang, peranannya tidak bergeser: klenteng tetap menjadi
tempat ibadah, pusat kegiatan sosial, dan daya tarik wisata religi Tuban.
BACA JUGA: Pesona Arsitektur dan Spiritualitas di Tri Dharma Hong San Kiong
Arsitektur
Megah dan Ikon Patung Kepiting
Bicara soal arsitektur, Kwan Sing Bio memadukan detail
khas Tiongkok dengan sentuhan lokal. Dindingnya berwarna merah terang, atapnya
dihiasi ornamen naga, sementara lampion-lampion digantung rapi, memberikan
suasana meriah sekaligus sakral.
Namun, ada satu hal yang selalu mencuri perhatian:
gapura utama dengan patung kepiting raksasa di atasnya. Tidak seperti klenteng
lain yang biasanya memasang naga atau singa sebagai simbol pelindung, Kwan Sing
Bio memilih kepiting.
Mengapa kepiting? Simbol ini tidak muncul begitu saja.
Konon, dahulu kawasan di sekitar klenteng merupakan tambak dan perairan yang
banyak dihuni kepiting. Patung ini pun dipasang sebagai penghormatan terhadap
sejarah lokal dan sekaligus menjadi penanda khas.
Pertanyaan yang sering muncul dari wisatawan pun
adalah: “Patung apa yang ada di atas gapura Klenteng Kwan Sing Bio?”
Jawabannya jelas: patung kepiting raksasa, ikon yang kini begitu melekat
dengan identitas klenteng ini.
Patung Dewa
Kwan Kong dan Rekor MURI
Selain kepiting, daya tarik lain adalah patung raksasa
Dewa Kwan Kong yang pernah berdiri menjulang di kawasan klenteng. Dengan tinggi
mencapai sekitar 30 meter, patung ini bahkan tercatat dalam Museum Rekor
Indonesia (MURI) sebagai salah satu patung dewa terbesar di Indonesia.
Kwan Kong sendiri adalah sosok legendaris dari era
Tiga Kerajaan di Tiongkok. Ia dipuja sebagai lambang keberanian, kejujuran, dan
perlindungan bagi umat. Tidak heran jika kehadiran patung besar ini semakin
memperkuat citra Kwan Sing Bio sebagai tempat ibadah Tionghoa di Jawa Timur
yang berwibawa.
Meski pernah ada masalah konstruksi pada tahun 2020
yang membuat patung ini ramai diperbincangkan, namun keberadaannya tetap
menjadi bagian penting dari sejarah visual klenteng ini. Hingga kini, cerita
tentang patung raksasa itu masih sering dikaitkan ketika orang membicarakan
Kwan Sing Bio.
Suasana
Religi dan Aktivitas Pengunjung
Memasuki area dalam klenteng, suasana langsung berubah
menjadi lebih hening. Aroma dupa, cahaya lilin, serta altar-altar tempat
persembahyangan menghadirkan nuansa religius yang kuat. Peziarah datang dengan
khusyuk untuk berdoa, sementara wisatawan biasanya memanfaatkan momen untuk
berfoto atau sekadar menikmati suasana.
Namun, Kwan Sing Bio tidak hanya berhenti sebagai
rumah ibadah. Dari waktu ke waktu, klenteng ini juga menjadi pusat kegiatan
sosial. Mulai dari pembagian makanan gratis, acara kebudayaan, hingga bakti
sosial yang melibatkan masyarakat luas, tanpa memandang latar belakang agama
maupun etnis.
Seorang pengunjung bernama Helmi bahkan menuliskan
kesannya: “Parkiran luas, lokasi sangat bersih, bisa mampir untuk istirahat
atau sekadar foto. Petugas ramah, saat saya berkunjung ada pembagian makanan
gratis. Sangat direkomendasikan untuk semua kalangan.” Testimoni seperti
ini menggambarkan betapa inklusif dan ramahnya suasana di klenteng ini.
BACA JUGA: Masjid Cheng Ho Jember Wadah Keislaman Bernuansa Tionghoa dan Wisata Religi Populer
Fasilitas
Lengkap dan Tips Praktis Berkunjung
Lokasi dan
Akses
Letaknya yang strategis di jalur Pantura membuat
klenteng ini mudah dijangkau. Baik menggunakan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum, Kwan Sing Bio bisa disinggahi tanpa kesulitan. Tersedia pula
area parkir yang cukup luas, cocok untuk kendaraan roda dua maupun roda empat.
Jam Buka
Secara umum, klenteng ini terbuka untuk pengunjung
dari pagi hingga malam hari. Namun untuk jadwal lebih spesifik, terutama pada
hari-hari besar keagamaan, sebaiknya cek langsung ke sumber resmi atau akun
media sosial pengelola.
Tips
- Berpakaian sopan: Hormati
kesakralan tempat ibadah.
- Jaga ketenangan: Hindari
berisik, terutama saat ada yang beribadah.
- Waktu terbaik berkunjung: Sore hari,
ketika cahaya matahari membuat arsitektur terlihat lebih dramatis.
- Bawa perlengkapan: Topi atau air
minum akan sangat membantu, mengingat suhu Tuban yang cukup panas.
Mengapa
Klenteng Kwan Sing Bio Layak Dikunjungi
Ada beberapa alasan mengapa klenteng ini selalu
direkomendasikan sebagai destinasi wisata religi di Tuban:
- Ikon Visual Unik: Patung
kepiting raksasa di gapura menjadikannya berbeda dari klenteng lain.
- Nilai Sejarah: Berdiri sejak abad ke-18,
menjadikannya saksi bisu perjalanan budaya Tionghoa di Jawa Timur.
- Aksesibilitas Tinggi: Berada di
jalur Pantura, sangat mudah diakses oleh siapa saja yang sedang melakukan
perjalanan lintas kota.
- Atmosfer Religius dan Budaya:
Pengunjung bisa merasakan langsung kombinasi nuansa spiritual, kegiatan
sosial, dan keindahan arsitektur khas Tionghoa.
Bagi peziarah, Kwan Sing Bio adalah tempat berdoa yang
khusyuk. Bagi wisatawan, klenteng ini adalah spot fotografi yang kaya warna dan
cerita.
Klenteng Kwan Sing Bio Tuban bukan sekadar bangunan
tua di tepi jalan Pantura. Bangunan ini merupakan perpaduan sejarah, religi,
dan budaya yang masih hidup hingga kini. Ikon patung kepiting raksasa yang
berdiri kokoh di gapura utama seolah menjadi simbol keterikatan klenteng dengan
alam dan sejarah lokal.
Bagi Anda yang melintas Tuban, sempatkanlah singgah
sejenak. Nikmati arsitektur Tionghoa yang indah, resapi suasana religiusnya,
dan rasakan keramahan para pengelola. Klenteng ini bukan hanya milik penganut
agama tertentu, melainkan warisan budaya yang patut diapresiasi semua orang.
Sumber Gambar: Canva
Penulis: Avifa