Melatih Empati dan Kepedulian Sosial Mahasiswa Brawijaya Lewat Outbound Malang!

Di tengah iklim akademis Universitas Brawijaya yang
sangat kompetitif, mahasiswa ditempa untuk menjadi individu yang cerdas,
kritis, dan unggul. Namun, ada sebuah paradoks di era digital ini: semakin
tinggi konektivitas virtual, semakin besar risiko menipisnya koneksi manusiawi.
Individualisme sering kali mengalahkan kolaborasi, dan
empati terkikis oleh persaingan. Menjawab kegelisahan ini, banyak organisasi
kemahasiswaan (ormawa) di Brawijaya kini mencari metode yang lebih dari sekadar
Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di dalam kelas.
Mereka beralih ke alam. Program outbound mahasiswa
Malang kini dirancang ulang, bukan sebagai rekreasi, melainkan sebagai
"laboratorium" vital untuk mengasah social sensitivity kepekaan
sosial.
Cara
Baru Menumbuhkan Kepedulian Sosial
Banyak yang masih menganggap outbound bukan sekadar
seru-seruan adalah slogan klise. Namun, di sinilah letak inovasi
pedagogisnya. Di dunia yang serba digital, outbound adalah "detoks"
yang memaksa mahasiswa berinteraksi secara nyata.
Memutus
Gelembung Digital
Di kampus, interaksi sering termediasi oleh gawai.
Diskusi kelompok di WhatsApp sering kali gagal menangkap nada emosi atau
urgensi.
Baca Juga : Pelatihan Outbound Mahasiswa Brawijaya Malang, Membangun Karakter dan Jiwa Kepemimpinan!
Outbound "memaksa" peserta untuk saling
menatap mata, membaca bahasa tubuh, dan mendengarkan secara aktif. Ini adalah
langkah pertama untuk menumbuhkan kepedulian sosial: menyadari keberadaan orang
lain secara utuh.
Pembelajaran
Berbasis Pengalaman
Ini bekerja karena ia tidak memberi tahu, tetapi
menunjukkan. Mahasiswa tidak "diceramahi" tentang pentingnya
kepedulian; mereka "ditempatkan" dalam situasi di mana kepedulian
adalah satu-satunya kunci keberhasilan.
Nilai
yang Dibentuk dari Outbound Mahasiswa
Inilah inti dari program ini: empati, kepedulian,
dan solidaritas sosial adalah nilai yang dibentuk dari outbound mahasiswa.
Nilai-nilai ini tidak muncul secara ajaib, tetapi dirancang melalui serangkaian
simulasi permainan.
.webp)
1.
Blind Walk
Dalam permainan klasik seperti Blind Walk,
seorang mahasiswa ditutup matanya (posisi rentan) dan harus dipandu oleh
rekannya (posisi bertanggung jawab).
- Si
Pemandu: Dipaksa untuk berempati. Ia harus memilih
kata-kata yang menenangkan, memikirkan rute teraman, dan merasakan
kecemasan rekannya.
- Si
Penutup Mata: Dipaksa untuk percaya dan merasakan
bagaimana rasanya bergantung penuh pada orang lain. Momen sederhana ini
adalah pelajaran empati yang jauh lebih kuat daripada ceramah berjam-jam.
2. Spider
Web Challenge
Dalam tantangan di mana seluruh tim harus pindah
melewati jaring tali tanpa menyentuh, solidaritas diuji. Permainan ini
dirancang agar mustahil diselesaikan sendirian.
Anggota tim yang paling ringan atau fleksibel mungkin
bisa lolos duluan, tetapi mereka tidak bisa "menang" sampai anggota
tim yang paling besar dan kaku berhasil dipindahkan biasanya dengan cara
diangkat bersama-sama (gotong royong).
Di sinilah dan solidaritas lahir. Slogan "Satu
sakit, semua sakit" menjadi nyata.
Baca Juga : Eksperimen Kepemimpinan Mahasiswa Brawijaya Melalui Outbound Malang yang Menginspirasi!
Membangun
Jiwa Pemimpin yang Humanis dan Peka terhadap Lingkungan
Bagi mahasiswa Universitas Brawijaya yang
diproyeksikan menjadi pemimpin masa depan, kecerdasan intelektual saja tidak
cukup. Mereka harus membangun jiwa pemimpin yang humanis dan peka terhadap
lingkungan.
Pemimpin
yang Melayani (Servant Leadership)
Outbound melunturkan hierarki. Ketua BEM dan staf
magang berada di level yang sama di lapangan berlumpur. Pemimpin sejati akan
muncul bukan mereka yang paling keras berteriak, tetapi mereka yang paling sigap
membantu rekannya yang kesulitan, yang paling dulu mengulurkan tangan. Ini
adalah praktik nyata servant leadership.
Peka
terhadap Lingkungan (Sosial & Alam)
Kepekaan sosial tidak hanya pada manusia, tetapi juga
pada alam sekitar konsep yang relevan dengan citra Malang. Program ini
mengajarkan tanggung jawab. Peserta belajar bahwa setiap tindakan mereka
(membuang sampah, merusak tanaman) memiliki dampak. Ini melatih kepekaan yang
lebih luas.
Investasi
pada Kemanusiaan
Pada akhirnya, bagi organisasi mahasiswa di
Universitas Brawijaya, memilih yang berfokus pada kepekaan sosial adalah sebuah
investasi strategis.
Ini adalah cara paling efektif untuk memastikan bahwa calon-calon intelektual dan pemimpin masa depan ini tidak hanya lulus dengan otak yang cemerlang, tetapi juga dengan hati yang "hidup” hati yang peka, peduli, dan solid. Itulah esensi dari seorang pemimpin humanis.
Gambar : Ilustrasi by Ai
Penulis : Rebecca Maura B (bcc)
.png)
