Panduan Wisata Budaya & Sejarah di Tulungagung

Tulungagung, sebuah nama yang seringkali identik dengan hamparan pantai selatan yang memesona dan julukan "Kota Marmer".

Panduan Wisata Budaya & Sejarah di Tulungagung

Namun, jika kita mengupas lapisan terluarnya, kita akan menemukan sebuah lanskap yang jauh lebih kuno dan kaya, sebuah tanah yang telah menjadi saksi bisu jejak peradaban selama ribuan tahun.

Dari penemuan manusia purba yang mengguncang dunia paleoantropologi hingga candi-candi sunyi peninggalan era emas Majapahit yang berdiri anggun di puncak perbukitan, Tulungagung adalah sebuah museum hidup.

Sejarahnya terukir di setiap batu candi, di relief goa pertapaan, dan di dalam artefak yang tersimpan rapi.

Ini adalah undangan untuk melakukan perjalanan melintasi waktu. Mari kita tinggalkan sejenak hiruk pikuk wisata populer dan selami kedalaman sejarah serta kekayaan budaya yang membentuk identitas sejati Tulungagung, sebuah permata tersembunyi di pesisir selatan Jawa Timur.

Jejak Peradaban Kuno: Candi dan Situs Purbakala

Panduan Wisata Budaya & Sejarah di Tulungagung

Candi-candi di Tulungagung mungkin tidak semegah Borobudur atau Prambanan, namun di situlah letak pesonanya. Mereka berdiri dalam kesunyian, menyimpan cerita dan misteri yang menanti untuk diungkap.

1. Candi Dadi: Sang Pertapa di Puncak Bukit

Berdiri soliter di puncak sebuah bukit di Kecamatan Boyolangu, Candi Dadi adalah sebuah anomali yang memikat. Berbeda dari kebanyakan candi, ia tidak memiliki relief hiasan atau arca. Bentuknya sederhana, berupa batur persegi dari batu andesit dengan sumuran di tengahnya.

Keunikannya ini memunculkan banyak teori. Para ahli arkeologi meyakini candi ini berfungsi sebagai tempat pendharmaan (penyimpanan abu jenazah) seorang raja atau sebagai lokasi untuk ritual sakral pada era Majapahit.

Lokasinya yang tinggi dan terpencil mengisyaratkan fungsinya sebagai tempat sakral untuk menyepi dan mendekatkan diri pada sang pencipta. Panorama 360 derajat dari puncaknya adalah bonus spiritual yang tak ternilai.


Baca Juga: Menaklukkan Air Terjun Lawean Pagerwojo, Catatan Perjalanan ke Jantung Tulungagung


2. Candi Sanggrahan: Vihara Peninggalan Era Majapahit

Candi Sanggrahan, atau juga dikenal sebagai Candi Cungkup, memberikan kita gambaran tentang kehidupan religius pada masa lalu. Berdasarkan prasasti yang ditemukan, candi ini diidentifikasi sebagai sebuah vihara Buddha yang dibangun untuk menghormati Gayatri Rajapatni, nenek dari Hayam Wuruk.

Kompleks candi ini menjadi tempat peristirahatan (sanggrahan) bagi rombongan pembawa jenazah Rajapatni yang akan didharmakan di Candi Gayatri.

Arsitekturnya yang khas dengan sisa-sisa relief menjadi bukti toleransi dan kekayaan spiritual pada zaman itu.

Jantung Sejarah di Boyolangu: Sebuah Rute Wajib

Panduan Wisata Budaya & Sejarah di Tulungagung

Kecamatan Boyolangu dapat dianggap sebagai pusat atau jantungnya wisata sejarah di Tulungagung. Di area inilah konsentrasi situs-situs purbakala paling signifikan berada, menjadikannya lokasi yang sempurna untuk dijelajahi dalam satu hari.

3. Candi Gayatri: Peristirahatan Terakhir Sang Ratu Majapahit

Tak jauh dari Candi Sanggrahan, terdapat Candi Gayatri. Situs ini adalah tempat pendharmaan Gayatri Rajapatni, salah satu tokoh wanita paling berpengaruh dalam sejarah Majapahit.

Meskipun candinya sendiri sudah tidak utuh, arca Prajnaparamita (dewi kebijaksanaan) yang menjadi ikon utamanya (kini replika, aslinya di Museum Nasional) menunjukkan tingginya seni dan budaya pada masa itu. Mengunjungi tempat ini seolah membawa kita kembali ke era keemasan nusantara.

Dengan begitu banyak situs penting yang berdekatan, merencanakan kunjungan yang efisien adalah kunci.

Menyimpan Memori Bangsa: Museum dan Situs Bersejarah Lainnya

Jejak sejarah Tulungagung tidak hanya berhenti di era kerajaan Hindu-Buddha. Jauh sebelum itu, tanah ini sudah menjadi rumah bagi manusia purba.

4. Museum Wajakensis: Jendela Menuju Masa Prasejarah

Nama "Wajakensis" diambil dari Homo wajakensis, fosil manusia purba yang ditemukan oleh van Rietschoten pada tahun 1888 di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst. Penemuan ini sangat penting karena menjadi salah satu mata rantai dalam studi evolusi manusia di Asia Tenggara.

Museum kecil yang terletak di dekat Alun-Alun Tulungagung ini menyimpan replika fosil tersebut beserta berbagai artefak lain dari masa prasejarah hingga era klasik. Ini adalah destinasi wisata edukasi yang wajib dikunjungi, terutama bagi keluarga dan pelajar.

Vendor Outbound Batu Malang

5. Goa Selomangleng: Pertapaan di Relung Batu

Berlokasi di lereng gunung, Goa Selomangleng adalah goa pertapaan yang sarat akan legenda dan aura mistis.

Dinding goa dihiasi dengan relief-relief yang menceritakan kisah Arjunawiwaha. Konon, goa ini pernah menjadi tempat pertapaan putri dari Kerajaan Kediri. Suasananya yang hening dan sejuk, ditambah dengan keindahan relief kuno, menjadikannya tempat yang sempurna untuk kontemplasi.

Keterikatan Sejarah dengan Alam

Menariknya, banyak situs bersejarah di Tulungagung yang lokasinya tidak jauh dari sumber mata air atau formasi alam yang indah.

Goa Selomangleng, misalnya, berada di kawasan perbukitan yang juga memiliki sumber air. Ini menunjukkan bagaimana peradaban kuno selalu hidup harmonis dan menganggap alam, terutama air, sebagai elemen suci. 

Keterikatan ini membuka jendela untuk menjelajahi tidak hanya sejarah, tetapi juga keindahan alamnya.

Anda bisa merasakan keterikatan ini saat menjelajahi berbagai air terjun eksotis yang tersebar di seluruh Tulungagung, seolah melanjutkan perjalanan spiritual yang telah dirintis oleh para leluhur.

Tulungagung, Negeri dengan Jiwa yang Berlapis

Mengunjungi Tulungagung hanya untuk pantainya berarti Anda baru melihat sampulnya. Jiwa sejati daerah ini terletak pada lapisan-lapisan sejarahnya yang kaya dan dalam. 

Dari fosil manusia purba, candi-candi sunyi di puncak bukit, hingga goa pertapaan yang syahdu, setiap situs adalah bab dalam sebuah buku cerita yang luar biasa.

Vendor Outbound Batu Malang

Wisata sejarah di Tulungagung menawarkan pengalaman yang berbeda, pengalaman yang lebih tenang, reflektif, dan memperkaya wawasan. 

Ini adalah perjalanan untuk memahami akar, menghargai warisan, dan menyadari bahwa di bawah julukan modern "Kota Marmer", tersimpan jejak peradaban agung yang tak lekang oleh waktu.

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *