Dulu Pelabuhan Majapahit Kini Pantai Boom Tuban Jadi Wisata Favorit

Pantai Boom Tuban

Jejak Pelabuhan Kuno yang Menjadi Ikon Wisata Tuban

Angin laut berhembus lembut di pesisir utara Tuban. Ombak kecil berkejaran di antara batu pemecah yang menjorok ke laut, menyambut pengunjung yang datang untuk menikmati senja.

Tak banyak yang tahu, di balik tenangnya Pantai Boom Tuban, tersimpan kisah panjang tentang masa kejayaan maritim Jawa di era Majapahit. Dulu, kawasan ini bukan sekadar pantai untuk bersantai.

Inilah pelabuhan besar yang menjadi nadi perdagangan Nusantara. Kapal-kapal dari Tiongkok, India, hingga Arab pernah berlabuh di sini, membawa rempah, kain sutra, dan barang berharga lainnya.

Kini, sisa-sisa kejayaan itu menjelma menjadi wisata sejarah Tuban yang menawan dan sarat makna.


BACA JUGA: Museum Kambang Putih Tuban Tempat Terbaik Belajar Sejarah


Dari Kambang Putih ke Pantai Boom: Sejarah yang Tak Pernah Padam

Sebelum dikenal sebagai Pantai Boom, kawasan ini bernama Pelabuhan Kambang Putih. Sejarawan menilai, pelabuhan ini telah aktif sejak abad ke-13 dan menjadi pintu penting bagi ekspor hasil bumi Majapahit. Dari sinilah rempah-rempah dan hasil laut dikirim ke berbagai wilayah Nusantara bahkan mancanegara.

Letaknya yang strategis di pesisir utara menjadikan Tuban sebagai simpul penting jalur perdagangan rempah. Dalam beberapa naskah kuno, Kambang Putih disebut sebagai pelabuhan yang ramai dikunjungi kapal-kapal asing. Jejaknya masih bisa dilihat melalui temuan artefak seperti guci, keramik, dan pecahan porselen kuno yang sering ditemukan warga di sekitar pantai.

Kisahnya tidak berhenti di sana. Dalam legenda Tuban, disebutkan bahwa pelabuhan ini menjadi tempat persinggahan para pelaut dan ulama yang membawa ajaran Islam ke pesisir utara Jawa. Dari sinilah berkembang tradisi nelayan Tuban yang religius, penuh syukur, dan erat dengan laut.

 

Kenapa Dinamakan Pantai Boom?

Pertanyaan ini sering muncul dari pengunjung yang penasaran dengan nama Boom. Ada dua versi cerita yang hidup di masyarakat.

Versi pertama menyebut bahwa Boom berasal dari kebiasaan nelayan zaman dahulu yang menggunakan bom ikan dalam mencari tangkapan. Meski kini praktik itu telah dilarang, istilah tersebut melekat dan diwariskan dalam sebutan lokal.

Versi kedua datang dari sejarah kolonial. Dalam bahasa Belanda, Boom berarti balok atau kayu. Dahulu pelabuhan ini memang memiliki struktur tambatan dari kayu untuk kapal yang bersandar. Nama itu kemudian dipertahankan hingga kini.

Kedua versi ini mencerminkan lapisan sejarah yang saling bertemu: tradisi lokal nelayan dan pengaruh masa penjajahan. Itulah yang menjadikan Pantai Boom bukan sekadar nama, melainkan simbol pertemuan dua zaman.

 

Wajah Baru Pantai Boom: Wisata Sejarah di Tengah Kota

Seiring waktu, fungsi pelabuhan perlahan bergeser. Pemerintah Kabupaten Tuban kemudian merevitalisasi kawasan ini pada awal dekade 2010-an. Dermaga tua yang menjorok ke laut kini diubah menjadi promenade indah dengan pagar besi dan area pejalan kaki yang nyaman.

Di sepanjang jalur itu, pengunjung bisa menemukan relief sejarah Tuban yang menggambarkan perjalanan kota dari masa ke masa. Ada pula gazebo-gazebo tempat bersantai dan spot foto berlatar laut biru. Tak jauh dari situ, dua sumur air tawar yang legendaris masih berdiri kokoh.

Kini, Pantai Boom tak hanya jadi tempat wisata keluarga, tetapi juga destinasi edukatif. Banyak pelajar datang ke sini untuk mempelajari sejarah Tuban, kerajaan Majapahit, dan tradisi bahari Nusantara.

Pantai Boom Tuban

Aktivitas yang Bisa Dilakukan

Selain menikmati pemandangan laut, ada banyak hal menarik yang bisa dilakukan di sini:

  • Berjalan di promenade sambil menyaksikan kapal nelayan bersandar.
  • Menunggu matahari terbit atau tenggelam dari gazebo tepi laut.
  • Berfoto di relief sejarah yang menceritakan kisah Kambang Putih.
  • Menyusuri dua sumur air tawar yang menjadi legenda Tuban.
  • Mencicipi kuliner pesisir, seperti sate kerang dan ikan bakar khas Tuban.

Salah satu pengunjung, Ari, bahkan menulis ulasan sederhana tapi jujur: “Buat meditasi baguss.”

Komentar itu terasa pas. Sore di Pantai Boom memang punya suasana yang tenang dan lembut. Angin laut berhembus pelan, cukup untuk membuat siapa pun ingin duduk diam dan merenung sejenak tentang perjalanan waktu.

Vendor Outbound Batu Malang

Fakta Menarik dan Peninggalan Budaya Pesisir

Di balik keindahan modernnya, Pantai Boom masih menyimpan banyak misteri sejarah. Sejumlah peneliti menemukan fragmen keramik dan guci yang berasal dari abad ke-14 hingga 16 yakni masa kejayaan pelabuhan ini.

Temuan itu menandakan adanya aktivitas perdagangan internasional yang padat di masa lalu. Selain itu, masyarakat sekitar masih menjaga tradisi nelayan Tuban seperti sedekah laut.

Ritual ini menjadi simbol rasa syukur atas rezeki dari laut, sekaligus bentuk pelestarian nilai-nilai budaya pesisir. Upacara itu biasanya diiringi doa bersama dan arak-arakan perahu yang dihiasi warna-warni, menjadikan Pantai Boom sebagai panggung budaya yang hidup.

Dari sudut pandang arkeologi, keberadaan sumur air tawar di tepi pantai juga menjadi keunikan tersendiri. Fenomena ini jarang terjadi, dan menambah daya tarik bagi wisatawan yang ingin menyaksikan peninggalan budaya pesisir secara langsung.

 

Legenda Tuban yang Masih Hidup di Pantai Boom

Bagi masyarakat setempat, laut bukan sekadar ruang ekonomi, tetapi juga ruang spiritual. Ada banyak kisah turun-temurun tentang pelaut yang berangkat dari Pantai Boom dan tidak kembali, tentang kapal hantu yang konon muncul saat malam tertentu, hingga tentang asal-usul dua sumur tawar yang dipercaya sebagai peninggalan tokoh suci.

Legenda-legenda Tuban ini memberi warna pada kehidupan warga pesisir. Mereka menjaga laut seperti menjaga rumah sendiri, karena di sanalah tersimpan jejak leluhur dan kisah panjang sejarah. Bagi wisatawan, mendengarkan cerita ini langsung dari warga menjadi pengalaman berharga yang sulit ditemukan di tempat lain.


BACA JUGA: Mengungkap Sejarah Pantai Boom Banyuwangi di Era Kolonial


Pantai Boom Sebagai Ruang Edukasi dan Refleksi

Banyak sekolah di Tuban dan sekitarnya kini menjadikan Pantai Boom sebagai lokasi kunjungan edukatif. Guru sejarah membawa murid untuk mengenal pelabuhan kuno dan memahami peran penting Tuban dalam peta perdagangan Asia Tenggara.

Selain itu, banyak komunitas lokal yang mengadakan kegiatan bersih pantai, pameran foto sejarah, hingga festival seni pesisir. Kegiatan ini menjadi bukti bahwa wisata dan pelestarian bisa berjalan beriringan.

Pantai Boom tidak sekadar tempat liburan, melainkan ruang refleksi untuk memahami bagaimana laut telah membentuk peradaban Jawa.

 

Menjaga Warisan untuk Generasi Selanjutnya

Kini, Pantai Boom menjadi simbol kebanggaan warga Tuban. Perpaduan antara pesona laut, nilai sejarah, dan budaya menjadikannya destinasi yang unik. Namun, di tengah meningkatnya kunjungan wisata, tantangan terbesar adalah menjaga keseimbangan antara komersialisasi dan pelestarian.

Pelestarian kawasan ini membutuhkan kesadaran kolektif. Pemerintah daerah terus memperbaiki fasilitas, sementara komunitas sejarah dan masyarakat lokal berperan menjaga cerita-cerita lama agar tidak hilang ditelan waktu.

Pantai Boom Tuban mengingatkan bahwa sejarah bukan hanya catatan masa lalu, tetapi cermin identitas yang membentuk masa kini. Di setiap ombak yang datang, tersimpan cerita tentang kejayaan, perjuangan, dan harapan yang terus hidup.

Vendor Outbound Batu Malang

Dulu pelabuhan yang sibuk di masa Majapahit, kini Pantai Boom Tuban berdiri sebagai saksi bisu perjalanan waktu. Ia telah berubah wujud menjadi ruang yang menautkan sejarah dan rekreasi, warisan dan modernitas, masa lalu dan masa depan. Siapa pun yang datang ke sini tidak hanya melihat laut, tetapi juga menyapa kisah panjang sebuah kota yang hidup dari air, angin, dan kenangan.

 

Sumber Gambar: Canva

Penulis: Avifa



Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *