Wisata Sejarah Candi di Jawa Timur, Bukti Kejayaan Masa Lalu

Ketika
berbicara tentang Jawa Timur, kebanyakan orang langsung terbayang pada Gunung
Bromo, pantai selatan, atau kulinernya yang khas. Namun di balik panorama alam
yang memesona itu, Jawa Timur juga menyimpan harta karun budaya luar biasa:
candi-candi bersejarah yang menjadi saksi bisu kejayaan kerajaan-kerajaan besar
di masa lalu.
Candi-candi
di wilayah ini bukan sekadar bangunan batu yang usang dimakan waktu. Mereka
adalah representasi dari perjalanan panjang spiritual, politik, dan artistik
Nusantara.
Berbeda
dengan gaya arsitektur candi di Jawa Tengah yang megah dan berornamen rumit
seperti Borobudur atau Prambanan, candi di Jawa Timur lebih ramping dan
sederhana, namun sarat makna filosofis dan spiritualitas tinggi. Di balik
kesederhanaannya, tersimpan kekuatan simbolik tentang keseimbangan hidup,
keharmonisan manusia dengan alam, dan pencarian akan kesempurnaan jiwa.
Keagungan Masa Lalu yang Tetap Hidup
Setiap
batu di candi-candi Jawa Timur membawa cerita. Relief yang terpahat
menceritakan kisah-kisah epik Ramayana, legenda para dewa, hingga ajaran moral
kehidupan.
Semua
itu adalah cerminan dari masyarakat yang tak hanya cerdas secara teknis, tapi
juga mendalam dalam spiritualitasnya. Dalam
konteks sejarah, Jawa Timur merupakan pusat dari tiga kerajaan besar: Kediri,
Singasari, dan Majapahit. Dari abad ke-10 hingga ke-15, wilayah ini menjadi
episentrum budaya dan politik Nusantara.
Peninggalan
berupa candi bukan hanya tempat ibadah, melainkan juga monumen politik dan
karya seni yang menunjukkan betapa maju peradaban masa itu.
Candi
Penataran: Mahakarya di Lereng Gunung Kelud
Salah
satu candi paling megah dan terkenal di Jawa Timur adalah Candi Penataran di
Blitar. Berada di lereng barat daya Gunung Kelud, kompleks candi ini dibangun
antara abad ke-12 hingga ke-15 Masehi dan digunakan sepanjang masa Kerajaan
Kediri hingga Majapahit.
Dalam
kitab Negarakertagama, Candi Penataran disebut sebagai Candi Palah, tempat suci
yang dikunjungi Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan suci ke wilayah timur
Majapahit. Relief di dindingnya menggambarkan kisah Ramayana dan Krishnayana,
sekaligus menunjukkan pengaruh Hindu yang kuat.
Menariknya,
tata ruang Candi Penataran terdiri dari tiga halaman berundak, melambangkan
perjalanan spiritual manusia menuju kesucian tertinggi. Udara pegunungan yang sejuk dan suasana hening membuat
kunjungan ke Penataran terasa seperti perjalanan ke masa lalu.
Di
sini, waktu seolah berhenti, menyisakan keheningan yang hanya bisa dirasakan,
bukan dijelaskan. Tidak heran jika Candi Penataran kini menjadi destinasi
favorit wisata sejarah dan spiritual di Jawa Timur.
Candi
Jawi
Dari
Blitar, perjalanan sejarah membawa kita ke Pasuruan, tepatnya di lereng Gunung
Welirang. Di sanalah berdiri Candi Jawi, peninggalan penting dari Kerajaan
Singasari yang dibangun sekitar akhir abad ke-13 Masehi oleh Raja Kertanegara.
Candi
ini menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat masa itu mampu menggabungkan dua
sistem kepercayaan besar, Hindu dan Buddha, menjadi satu kesatuan yang
harmonis, dikenal sebagai konsep Siwa-Buddha. Arsitektur Candi Jawi pun
mencerminkan filosofi tersebut: bagian bawahnya terbuat dari batu andesit hitam
(melambangkan duniawi), sementara bagian atas dari batu putih (melambangkan
spiritualitas dan kesucian).
Keindahan
Candi Jawi tak hanya terletak pada bentuk fisiknya, tapi juga pada maknanya. Ia
menjadi simbol toleransi dan kesatuan spiritual di tengah keberagaman.
Dalam
suasana pegunungan yang tenang, Candi Jawi menghadirkan keteduhan bagi siapa
pun yang datang, baik untuk berdoa, belajar sejarah, maupun sekadar merenung.
Candi
Singasari
Tak
jauh dari kota Malang, berdiri Candi Singasari, peninggalan monumental dari
akhir masa Kerajaan Singasari sekitar tahun 1300 Masehi. Candi ini dibangun
sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Kertanegara, penguasa terakhir
Singasari yang dikenal berwawasan luas dan toleran.
Arsitektur
Candi Singasari menggambarkan keindahan gaya khas Jawa Timur: tinggi dan
ramping, dengan ukiran yang tidak terlalu rumit namun elegan. Di bagian halaman
depan terdapat dua arca raksasa Dwarapala yang menjadi penjaga simbolis gerbang
spiritual.
Meskipun
sebagian struktur candi sudah mengalami kerusakan akibat waktu, nuansa
historisnya tetap terasa kuat. Candi
Singasari juga menandai masa transisi penting, dari akhir kerajaan Singasari
menuju lahirnya Majapahit.
Ia menjadi penanda bagaimana kebijaksanaan masa lalu diwariskan kepada generasi berikutnya dalam bentuk karya arsitektur yang abadi. Saat berdiri di hadapannya, kita seolah bisa merasakan aura kebesaran yang dulu pernah menyelimuti tempat ini.

Menyusuri
Candi, Menyusuri Diri
Mengunjungi
candi-candi di Jawa Timur bukan hanya soal menikmati keindahan batu dan relief.
Lebih dari itu, ini adalah pengalaman batin untuk menyusuri jejak spiritual
nenek moyang kita.
Dari
Penataran yang megah, Jawi yang filosofis, hingga Singasari yang khidmat,
setiap candi membawa pesan yang berbeda, namun menuju makna yang sama:
perjalanan manusia menuju kebijaksanaan dan keseimbangan hidup. Wisata sejarah semacam ini memberi kita kesempatan untuk
melihat ulang hubungan antara manusia, alam, dan keyakinan.
Di
tengah dunia modern yang serba cepat, keberadaan candi menjadi ruang refleksi
mengingatkan bahwa peradaban besar tidak hanya dibangun dengan kekuasaan,
tetapi juga dengan nilai spiritual dan kebudayaan yang tinggi.
Baca Juga: Candi Bersejarah Jawa Timur, Jejak Peradaban Kuno Nusantara
Melestarikan
Warisan, Merawat Identitas
Tantangan
terbesar bagi kita saat ini bukan lagi membangun, melainkan melestarikan.
Candi-candi di Jawa Timur membutuhkan perhatian serius agar tetap terjaga
keasliannya.
Pemerintah
bersama masyarakat lokal telah berupaya melakukan konservasi, termasuk
menjadikan situs-situs tersebut sebagai destinasi wisata edukatif. Namun tanggung jawab pelestarian tidak hanya berada di
tangan pemerintah.
Sebagai generasi penerus, kita memiliki peran penting untuk mengenal, menghargai, dan menceritakan kembali kisah masa lalu ini kepada dunia. Dengan begitu, warisan sejarah bukan hanya bertahan di batu dan relief, tapi juga hidup dalam kesadaran kolektif bangsa.
Waktu
dan Jiwa Nusantara
Candi-candi
di Jawa Timur bukan sekadar peninggalan arkeologis, melainkan jembatan antara
masa lalu dan masa kini. Mereka mengajarkan tentang harmoni, kebijaksanaan, dan
keteguhan iman.
Saat kita berdiri di hadapan dinding batu yang telah berusia ratusan tahun, kita sedang menyentuh bagian dari jiwa Nusantara, jiwa yang penuh daya cipta, kesadaran spiritual, dan semangat abadi.
Wisata
sejarah candi di Jawa Timur bukan hanya perjalanan untuk melihat, tetapi juga
untuk memahami. Karena di setiap pahatan batu, tersimpan pesan sederhana: bahwa
kebesaran sejati tidak diukur dari tinggi menara, melainkan dari dalamnya makna
yang diwariskan.
Penulis: Beatrice Rezqikha Zerlinda (bea)
.png)
