Menyibak Kekayaan Budaya Probolinggo: Dari Ritual Suku Tengger hingga Jejak Majapahit
Probolinggo lebih dari sekadar kanvas alam yang terlukis oleh matahari terbit Bromo. Di balik pemandangannya yang dramatis, tersimpan sebuah denyut kehidupan yang telah berdetak selama berabad-abad. Inilah Probolinggo yang sesungguhnya, sebuah panggung di mana tradisi kuno dan gema sejarah besar bertemu. Untuk benar-benar mengenalnya, kita harus menyelami kekayaan budaya Probolinggo yang hidup dan bernapas hingga hari ini.
Perjalanan
ini akan membawa kita melintasi waktu, dari ritual sakral di atap Jawa hingga
jejak keemasan salah satu kerajaan terbesar Nusantara.
Suku
Tengger, Penjaga Tradisi di Atap Jawa
Di
dataran tinggi yang sejuk di sekitar Bromo, hiduplah komunitas Suku Tengger.
Mereka diyakini sebagai keturunan langsung dari Kerajaan Majapahit yang
mengasingkan diri untuk mempertahankan keyakinan dan tradisi mereka. Kehidupan
mereka adalah cerminan harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Upacara
Yadnya Kasada: Persembahan di Bibir Kawah
Setiap
tahun, ribuan warga Suku Tengger berkumpul untuk melaksanakan Yadnya Kasada,
salah satu ritual paling spektakuler di Indonesia. Mereka membawa aneka hasil
bumi mulai dari sayuran, buah-buahan, hingga ternak untuk dipersembahkan ke
kawah Gunung Bromo yang aktif. Ini adalah wujud rasa syukur dan bakti kepada
Sang Hyang Widhi. Suasana malam yang magis, lantunan doa-doa kuno, dan prosesi
yang khidmat menciptakan sebuah pengalaman spiritual yang mendalam dan
tak terlupakan.
Kehidupan
Sehari-hari yang Penuh Filosofi
Di
luar upacara besar, budaya Suku Tengger tercermin dalam keseharian mereka.
Prinsip kejujuran, kerja keras, dan gotong royong menjadi pegangan hidup. Cara
mereka mengolah lahan pertanian di lereng-lereng curam adalah bukti kearifan
lokal dalam menjaga keseimbangan alam yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Baca juga : Wajib Coba! 7 Kuliner Khas Probolinggo yang Akan Menggoyang Lidah Anda
Gema
Majapahit yang Masih Terdengar
Jauh
sebelum menjadi gerbang menuju Bromo, tanah Probolinggo adalah bagian penting
dari wilayah Kerajaan Majapahit. Jejak-jejak kejayaannya masih bisa kita
saksikan hingga sekarang, menjadi pengingat akan masa lalu yang gemilang.
Candi
Jabung: Pesona Bata Merah Khas Majapahit
Berdiri
anggun di Kecamatan Paiton, Candi Jabung adalah saksi bisu dari abad
ke-14. Candi Buddha ini memiliki arsitektur yang unik, dibangun seluruhnya dari
bata merah berkualitas tinggi. Relief-relief di dindingnya mengisahkan
cerita-cerita moral dan epik yang sarat makna. Mengunjungi candi ini serasa
membuka lembaran sejarah, membayangkan bagaimana tempat ini dulu menjadi pusat
kegiatan spiritual pada era keemasan Majapahit. Ini adalah salah satu
peninggalan terpenting dalam sejarah budaya Probolinggo.
Baca juga : Wisata Spiritual Jawa Timur: Tempat Tenang Penuh Sejarah
Ragam
Seni dan Tradisi Lainnya
Kekayaan
budaya Probolinggo tidak berhenti pada Suku Tengger dan jejak Majapahit saja.
Di berbagai sudutnya, tradisi lain terus hidup dan berkembang.
Dari
hentakan musik dan gerakan lincah kesenian Jaran Bodhag yang khas,
hingga tradisi Petik Laut di kawasan pesisir sebagai wujud syukur para nelayan,
setiap perayaan memiliki warnanya sendiri. Keragaman ini menunjukkan bagaimana
budaya dapat berakulturasi dan beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda,
antara masyarakat pegunungan dan masyarakat pesisir.
Budaya
yang Hidup dan Bernapas
Mengunjungi
Probolinggo berarti Anda tidak hanya menjadi saksi keindahan alam, tetapi juga
tamu dalam sebuah rumah budaya yang hangat dan kaya. Dari ritual kuno di puncak
gunung hingga candi bersejarah di dataran rendah, setiap jengkal tanahnya
memiliki cerita. Kekayaan inilah yang menjadikan Probolinggo sebuah destinasi
yang utuh, yang mampu menyentuh tidak hanya mata, tetapi juga jiwa.
Sumber Gambar : Ai
Penulis : Muhammad Rafi Sabilillah (mrs)