Geti Wijen Tulungagung, Filosofi Legit Dibalik Camilan Wijen & Gula Merah

Saat berburu buah tangan di Tulungagung, perhatian
pertama seringkali tertuju pada sang primadona yang renyah dan wangi. Namun, di
sebelahnya, ada sebuah legenda lain yang tak kalah penting, sebuah camilan
klasik yang mewakili cita rasa asli tanah Jawa
Bagi sebagian orang, Geti mungkin terlihat sederhana.
Hanya bongkahan wijen dan kacang yang disatukan oleh gula merah. Tapi jangan
salah, di balik kesederhanaan itu tersimpan filosofi, sejarah, dan proses
pembuatan yang rumit.
Geti adalah antitesis dari jajanan modern, ia tidak
mengandalkan penampilan, tapi murni kekuatan rasa.
Ini bukan sekadar energy bar tradisional. Geti
adalah warisan rasa yang legit, lengket, sekaligus renyah di saat yang
bersamaan. Kami akan membawa Anda menyelami dunia Geti, dari namanya yang unik,
rahasia di balik teksturnya, hingga cara memilih Geti berkualitas tinggi.
Ini adalah panduan lengkap untuk salah satu pilar
terpenting dalam daftar oleh-oleh khas Tulungagung yang akan melengkapi
perjalanan kuliner Anda.
Apa Itu
Geti? Lebih dari Sekadar Camilan Wijen

Geti (kadang ditulis Gethi) adalah penganan
manis khas Tulungagung yang terbuat dari tiga bahan utama: wijen (sesame
seeds), kacang tanah, dan gula merah (gula kelapa). Ketiga
bahan ini dimasak bersama hingga menjadi karamel pekat, lalu dicetak dan
dipotong-potong menjadi balok atau persegi kecil.
Rasanya adalah perpaduan sempurna antara manis pekat
dari gula, gurih nutty dari kacang, dan aroma sangrai khas dari wijen.
"Gigite
Nganti Lali": Filosofi di Balik Sebuah Nama
Keunikan Geti dimulai dari namanya. Di kalangan
masyarakat Tulungagung, ada sebuah jarwo dhosok (penafsiran kata) yang
melegenda untuk "Geti": "Gigite nganti lali."
Artinya, "Gigitannya sampai lupa."
Filosofi ini menggambarkan dua hal. Pertama, saking
lezatnya perpaduan rasa legit dan renyah itu, orang yang memakannya bisa lupa
segalanya, lupa waktu, lupa utang, lupa masalah.
Kedua, secara harfiah, Geti memang
"lengket". Gula merah yang menjadi pengikatnya akan menempel di gigi
saat Anda mengunyahnya, membuat Anda "lupa" untuk berhenti mengunyah.
Ini adalah sensasi yang dirindukan, sebuah interaksi fisik antara makanan dan
penikmatnya.
Geti vs.
Ting-Ting (Enteng-Enteng): Jangan Sampai Tertukar!

Banyak yang keliru menyamakan Geti dengan Enteng-Enteng
(di Jawa Tengah disebut Ting-Ting atau Nougara). Padahal,
keduanya sangat berbeda, terutama pada tekstur.
- Geti Wijen Tulungagung:
- Tekstur: Legit, kenyal, dan renyah (chewy &
crunchy).
- Bahan Pengikat: Murni gula
merah atau gula kelapa. Gula ini dimasak hingga tahap soft caramel,
sehingga hasilnya tetap legit dan sedikit kenyal saat digigit.
- Rasa: Manisnya pekat, dalam, dengan aroma smoky
khas gula merah.
- Ting-Ting / Enteng-Enteng:
- Tekstur: Keras, rapuh, dan renyah (hard &
brittle).
- Bahan Pengikat: Menggunakan gula
pasir atau glukosa yang dimasak hingga tahap hard crack
(seperti permen kaca).
- Rasa: Manisnya tajam dan ringan.
Singkatnya, Geti itu legit dan bisa ditarik, sementara
Ting-Ting akan patah 'kres' seperti kaca saat digigit.
Membedah
Tiga Bahan Utama Geti Tulungagung
Kualitas Geti 100% bergantung pada kualitas tiga bahan
pembentuknya.
1. Wijen
(Sesame Seeds) - Sang Pemberi Aroma
Wijen adalah bintang utama yang memberikan aroma khas. Wijen harus disangrai (digoreng tanpa minyak) dengan sangat hati-hati. Jika kurang sangrai, aromanya tidak akan keluar dan terasa "mentah".
Baca Juga: De Djawatan Banyuwangi Hutan Trembesi Ajaib yang Jadi Spot Foto Favorit Wisatawan
Jika
terlalu gosong, rasanya akan pahit dan merusak seluruh adonan. Keseimbangan
inilah yang dijaga oleh para pengrajin.
2. Gula
Merah/Kelapa - Jiwa yang Mengikat
Ini adalah pengikat sekaligus pemberi rasa manis yang berkarakter. Gula merah (atau gula kelapa murni) dilelehkan menjadi karamel pekat.
Kualitas gula sangat menentukan. Gula yang baik akan menghasilkan Geti
dengan rasa manis yang dalam (deep), bukan sekadar manis di lidah.
3. Kacang
Tanah - Penambah Tekstur Gurih
Meskipun ada varian Geti wijen murni, versi paling populer adalah yang ditambahi kacang tanah. Kacang tanah juga harus disangrai atau digoreng hingga matang sempurna, memberikan tambahan tekstur renyah dan rasa gurih yang mengimbangi manisnya gula.
Mengintip
Dapur Tradisional: Seni di Balik Proses Pembuatan Geti
Membuat Geti terlihat mudah, padahal ini adalah proses
yang penuh tantangan dan membutuhkan feeling yang terasah.
Fase 1:
Penyangraian Wijen dan Kacang
Langkah awal adalah menyangrai wijen dan kacang secara
terpisah hingga mencapai tingkat kematangan yang pas. Ini adalah langkah
krusial. Seperti yang disebut sebelumnya, kesalahan sedikit saja akan membuat
wijen pahit dan merusak cita rasa akhir.
Fase 2:
Memasak Karamel Gula Merah (Seni Konsistensi)
Inilah bagian tersulit yang menentukan tekstur akhir
Geti. Gula merah disisir halus lalu dimasak di atas wajan dengan api kecil
hingga meleleh sempurna menjadi karamel yang kental dan meletup-letup.
- Jika terlalu cepat diangkat (kurang matang): Geti akan menjadi lembek, basah, dan tidak bisa menyatu dengan
baik.
- Jika terlalu lama dimasak (terlalu matang): Geti akan menjadi keras seperti batu, kehilangan tekstur legitnya
yang khas.
Para pengrajin tradisional tidak menggunakan
termometer; mereka mengandalkan feeling, warna, dan aroma karamel untuk
menentukan kapan gula siap diangkat.
Fase 3:
Pengadukan Cepat (Berlomba dengan Waktu)
Begitu karamel gula mencapai titik sempurna, api
dimatikan. Wijen dan kacang sangrai segera dimasukkan ke dalam wajan.
Proses pengadukan harus dilakukan dengan sangat
cepat dan kuat. Tujuannya agar setiap butir wijen dan kacang terlapisi
sempurna oleh karamel gula sebelum gula mulai mendingin dan mengeras. Ini
adalah pekerjaan yang menguras tenaga.
Fase 4:
Pencetakan dan Pemotongan
Adonan Geti yang masih panas dan lengket segera
dituang ke atas nampan (loyang) yang sudah dialasi. Adonan kemudian diratakan
dengan cepat menggunakan kayu penggiling.
Proses pemotongan menjadi balok-balok kecil harus
dilakukan saat Geti masih dalam kondisi hangat. Jika menunggu sampai
dingin, Geti akan mengeras dan pecah (patah) secara tidak beraturan saat
dipotong.
Panduan
Cerdas Membeli Geti Tulungagung (Tips Anti Zonk)
Tidak semua Geti diciptakan sama. Agar Anda tidak
kecewa, gunakan panduan ini saat berbelanja.
1. Awas Bau
'Tengik' (Rancid)
Ini adalah musuh utama Geti. Wijen dan kacang tanah
sangat tinggi kandungan minyaknya. Jika disimpan terlalu lama atau proses
penyangraiannya salah, minyak alami ini akan teroksidasi dan menimbulkan bau tengik
(apek atau basi).
- Tips: Selalu beli Geti dari toko yang ramai dan
perputaran barangnya cepat. Jika memungkinkan, cium aromanya sebelum
membeli.
2. Cek
Tekstur: Cari yang Legit, Bukan Keras Batu
Geti yang berkualitas baik harus memiliki tekstur chewy
atau legit saat digigit. Jika Anda menekannya dengan jari dan terasa keras
seperti batu, kemungkinan proses memasak gulanya terlalu lama (overcooked).
3.
Perhatikan Warnanya
Warna Geti yang baik adalah cokelat gelap pekat
dan mengkilap. Ini menandakan penggunaan gula merah asli yang berkualitas.
Hati-hati jika warnanya cokelat muda atau pucat, karena bisa jadi itu
menggunakan banyak campuran gula pasir.
4. Kemasan
Adalah Kunci
Geti sangat mudah menyerap kelembapan udara
(higroskopis). Jika terpapar udara, ia akan menjadi lembek dan lengket di
permukaan. Pastikan Anda membeli Geti yang dikemas dalam plastik tebal dan tertutup
rapat (di-press seal). Kemasan vakum adalah yang terbaik.
Menempatkan
Geti dalam Peta Oleh-Oleh Anda
Geti adalah pilihan sempurna untuk melengkapi
keranjang belanja Anda. Rasanya yang klasik sangat cocok untuk dinikmati kapan
saja.
- Pilihan Manis vs. Renyah: Jika Anda
sudah membeli Ledre Pisang Tulungagung yang terkenal super renyah
dan wangi, maka Geti adalah pelengkapnya yang menawarkan rasa manis-legit
yang lebih "berat" dan klasik.
- Penyeimbang Rasa Gurih: Geti juga
menjadi penyeimbang yang pas jika Anda juga membeli oleh-oleh gurih
seperti Kerupuk Rambak Tulungagung.
- Lokasi Membeli: Anda tidak perlu bingung
mencarinya. Geti, Ledre, dan semua buah tangan lainnya bisa ditemukan
dengan mudah.
Bukan
Sekadar Jajanan, Tapi Warisan Rasa yang Lengket
Geti Wijen Tulungagung adalah bukti bahwa bahan-bahan
paling sederhana (wijen, kacang, gula) bisa diolah menjadi sesuatu yang luar
biasa jika ditangani dengan keahlian dan kesabaran.
Ini lebih dari sekadar camilan. Ini adalah warisan rasa yang lengket, legit, dan renyah. Sesuai dengan filosofi namanya, "gigite nganti lali", Geti mengajak kita untuk berhenti sejenak, menikmati setiap kunyahan, dan melupakan sejenak keramaian dunia.
Penulis: Reza Nur Fitrah Islamy (ren)
.png)