Menelisik Jenang Syabun Tulungagung, Warisan Rasa 'Disabun' yang Mulai Langka

Saat Anda menjelajahi pusat oleh-oleh khasTulungagung, mata Anda pasti akan langsung tertuju pada dua bintang utama.
Di rak paling depan, ada gulungan-gulungan Ledre Pisang yang renyah dan
di sebelahnya ada tumpukan Kerupuk Rambak gurih. Keduanya adalah pilihan
yang aman, populer, dan pasti disukai.
Namun, jika Anda adalah seorang petualang rasa sejati,
seorang yang mencari sesuatu yang lebih "dalam", sesuatu yang
menyimpan cerita, tradisi, dan nyaris punah... maka carilah sebuah bungkusan
sederhana yang seringkali terselip di sudut rak: Jenang Syabun.
Lho, apa itu?
Ini bukanlah jenang biasa. Ini adalah warisan kuliner
yang proses pembuatannya adalah sebuah ritual kesabaran. Jenang Syabun adalah
antitesis dari makanan instan; ia adalah bukti cinta yang diaduk perlahan di
atas tungku kayu bakar selama berjam-jam.
Banyak yang belum mengenalinya, padahal jenang inilah
yang menyimpan salah satu cita rasa paling otentik dari "Kota
Marmer". Mari kita telisik lebih dalam, apa itu Jenang Syabun, mengapa ia
begitu istimewa, dan mengapa Anda wajib mencarinya.
Apa Itu
Jenang Syabun? Mengurai Makna di Balik Nama Unik

Pertama, kita luruskan dulu. Saat mendengar
"Jenang" di Tulungagung, ada dua jenis yang sangat berbeda:
Jenang Grendol vs. Jenang Syabun (Ini Beda Jauh!)
- Jenang Grendol (Bubur Candil): Ini
adalah jajanan pasar yang dimakan di tempat. Wujudnya berupa bubur
sumsum lembut, disiram kuah gula merah kental, dan diberi bola-bola ketan
(candil) yang kenyal. Enak, segar, tapi bukan oleh-oleh.
- Jenang Syabun (Dodol): Inilah
oleh-oleh yang kita bicarakan. Ini adalah jenang padat, mirip dodol, yang
dibuat dari beras ketan, santan kental, dan gula kelapa. Teksturnya padat,
legit, dan awet.
Nah, nama "Syabun" atau "Sabun"
adalah kuncinya. Nama ini bukan berarti jenang ini memakai sabun. Dalam
filosofi dan bahasa Jawa lokal, "Syabun" berasal dari kata disabun,
yang artinya dimasak atau diaduk dalam waktu yang sangat, sangat lama,
tanpa henti.
Nama ini secara jujur menggambarkan inti dari
keistimewaan hidangan ini: prosesnya.
'Disabun':
Proses 8 Jam yang Melahirkan Cita Rasa Khas

Jadi, apa yang sebenarnya terjadi selama proses
"disabun" 8 jam itu? Di sinilah letak keajaiban dan rahasia keawetan
Jenang Syabun.
Tiga Bahan
Murni Tanpa Pengawet
Bahan bakunya sangat murni, hanya terdiri dari tiga
hal:
- Beras Ketan: Seringkali menggunakan
ketan hitam atau campuran ketan putih dan hitam. Ketan digiling menjadi
tepung sebagai bahan utama pembentuk tekstur.
- Santan Kental: Diambil dari perasan
pertama kelapa tua terbaik. Ini adalah sumber rasa gurih dan minyak
alaminya.
- Gula Kelapa Asli: Gula kelapa
murni (bukan gula aren atau gula tebu) yang memberikan warna gelap pekat
dan aroma smoky yang khas.
Tidak ada pengawet. Tidak ada pemanis buatan. Tidak
ada bahan kimia. Keawetannya murni dari proses.
Keajaiban
'Nglengo' (Minyak Alami yang Keluar)
Proses "disabun" adalah pemandangan yang
epik. Biasanya dilakukan di atas wajan tembaga raksasa (kenceng) dengan
api dari kayu bakar. Adonan cair dari tiga bahan tadi dimasukkan dan harus diaduk
terus-menerus tanpa boleh berhenti.
Mengapa tidak boleh berhenti? Karena jika berhenti
sejenak saja, bagian bawah akan gosong dan santan akan "pecah" dengan
cara yang salah.
Baca Juga: Misteri Candi Dadi, Apa Fungsi Sebenarnya Candi Tunggal di Puncak Bukit Tulungagung?
Selama 6 hingga 8 jam pengadukan konstan itu,
keajaiban terjadi:
- Penguapan: Semua kadar air dalam
adonan menguap perlahan. Adonan yang tadinya cair kini menjadi pasta yang
sangat berat untuk diaduk.
- Karamelisasi: Gula kelapa
terkaramelisasi sempurna, menciptakan rasa legit yang dalam, kompleks, dan
warna cokelat kehitaman pekat.
- Santan "Pecah" Sempurna: Ini bagian terpenting. Santan kental, setelah dipanaskan dan
diaduk begitu lama, akan "pecah" dan mengeluarkan minyak
kelapa alaminya.
Minyak kelapa alami yang keluar di akhir proses inilah
yang disebut nglengo (berminyak). Minyak ini kemudian bercampur
kembali ke dalam adonan, berfungsi ganda:
- Sebagai pengawet alami, membuat Jenang Syabun bisa bertahan
berminggu-minggu (bahkan berbulan-bulan) tanpa bahan kimia.
- Memberikan aroma wangi yang khas (sedikit sangit atau
smoky sedap) dan tekstur yang berminyak legit.
Jenang
Syabun vs. Dodol Garut: Membedah Tekstur & Rasa
Banyak yang langsung menyamakan Jenang Syabun dengan
Dodol Garut. Wajar, karena keduanya masuk keluarga "jenang padat".
Tapi jika Anda merasakannya, keduanya sangat berbeda.
Dodol Garut
(Si Elastis)
- Tekstur: Sangat elastis, liat, dan kenyal seperti
permen karet. Jika ditarik, ia akan melar panjang. Ini adalah ciri khas
utamanya.
- Rasa: Manisnya tajam dan legit. Aromanya lebih ke
wangi ketan dan vanili (jika ditambah).
- Tampilan: Permukaannya lebih kering (tidak terlalu
berminyak) dan sering dibungkus plastik bening.
Jenang
Syabun Tulungagung (Si Padat Legit)
- Tekstur: Tidak se-elastis dodol. Teksturnya lebih padat,
padat, dan ngeprul (sedikit ambyar atau rapuh saat digigit,
tidak melar). Ini karena fokusnya bukan pada kekenyalan, tapi kepadatan
rasa.
- Rasa: Jauh lebih kompleks. Manisnya pekat dari gula
kelapa, tapi diimbangi rasa gurih kuat dari santan yang nglengo.
Ada aftertaste sedikit smoky (gosong sedap) dari proses
masak yang lama.
- Tampilan: Sangat berminyak di permukaan. Jika Anda
memegangnya, jari Anda akan basah oleh minyak kelapa alami. Ini adalah
tanda kualitas, bukan kegagalan.
Singkatnya, jika Dodol Garut adalah tentang
kekenyalan, Jenang Syabun adalah tentang kepadatan rasa dan aroma minyak kelapa
alami.
Panduan
Membeli Jenang Syabun (Jajanan yang Mulai Langka)
Mencari Jenang Syabun kini sedikit lebih sulit
daripada mencari Ledre. Mengapa? Jelas karena prosesnya yang luar biasa
melelahkan. Tidak banyak generasi muda yang mau meneruskan tradisi mengaduk 8
jam di depan api panas.
Di sinilah letak nilai eksklusifnya. Anda membeli
sebuah karya seni yang dibuat dengan kesabaran.
Cara
Membedakan Jenang Syabun Berkualitas
- Cari yang Berminyak: Jangan takut!
Permukaan yang berkilau karena minyak (nglengo) adalah tanda jenang
dimasak dengan benar dan menggunakan santan berkualitas. Ini adalah minyak
kelapa murni yang sehat.
- Warna Cokelat Kehitaman: Warna pekat
adalah tanda penggunaan gula kelapa asli dan proses karamelisasi yang
sempurna. Hindari yang berwarna cokelat muda pucat (kemungkinan pakai
banyak gula pasir).
- Aroma Khas: Cium aromanya. Jenang
yang baik memiliki wangi smoky gula kelapa dan santan matang (mirip
bau blondo atau ampas minyak kelapa), bukan aroma esens atau vanili
buatan.
- Kemasan: Biasanya dibungkus sederhana dengan plastik
tebal, kertas minyak, atau bahkan pelepah pinang kering (secara
tradisional).
Di Mana
Menemukan Produsen Legendaris?
- Pasar Tradisional: Tempat
terbaik untuk menemukan Jenang Syabun otentik adalah "blusukan"
ke pasar-pasar tradisional seperti Pasar Ngemplak atau Pasar
Bangoan di pagi hari. Di sana, para penjual tua masih setia
menjajakannya.
- Produsen Rumahan: Beberapa desa
di pinggiran Tulungagung masih memiliki produsen rumahan (home industry)
yang membuatnya. Anda harus bertanya pada warga lokal untuk menemukannya.
Ini adalah petualangan tersendiri.
- Toko Oleh-Oleh Pilihan: Kabar
baiknya, beberapa toko oleh-oleh besar yang jeli melihat potensi warisan
ini mulai menyetoknya dari para pengrajin desa. Anda bisa mencarinya di Pusat
Oleh-Oleh Terlengkap di Tulungagung di antara tumpukan oleh-oleh
modern.
Bukan
Sekadar Jajanan, Tapi Warisan yang Harus Dijaga
Jenang Syabun adalah sebuah pernyataan. Ia adalah
bukti bahwa rasa terbaik tidak datang dari jalan pintas. Ia lahir dari
kesabaran, dari 8 jam pengadukan tanpa henti, dari api kayu bakar, dan dari
resep sederhana yang dijaga kemurniannya.
Di era modern yang serba instan ini, Jenang Syabun
adalah sebuah kemewahan. Rasanya yang legit, gurih, dan smoky adalah
cita rasa "Jawa kuno" yang sesungguhnya.
.png)
