Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi di Tuban Wisata Religi Unik dalam Gua

Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Tuban

Di Tuban, Jawa Timur, ada sebuah masjid yang berbeda dari masjid kebanyakan. Namanya Masjid Aschabul Kahfi, namun masyarakat lebih mengenalnya sebagai Masjid Perut Bumi.

Lokasinya berada di Dusun Wire, Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat pesantren sekaligus wisata religi Tuban yang makin populer.

Keunikan masjid ini terletak pada letaknya: sebagian besar bangunannya berada di dalam gua. Atap ruang salat adalah stalaktit alami yang terbentuk ribuan tahun, sementara dindingnya menampilkan tekstur batuan yang dibiarkan apa adanya.

Tidak heran, banyak yang menyebutnya sebagai salah satu destinasi religi paling unik di Jawa Timur.

 

Sejarah Singkat Masjid Aschabul Kahfi

Kisah masjid ini dimulai di awal tahun 2000-an. Kala itu, gua yang kini menjadi masjid hanyalah tempat pembuangan sampah. K.H. Subhan Mubarok, seorang kiai setempat, melihat ada nilai sejarah di dalam gua tersebut karena diyakini terdapat petilasan ulama.

Dengan tekad kuat, beliau bersama para santri melakukan pembersihan. Aturannya jelas sampah tidak boleh dibakar, tetapi harus diangkut keluar satu per satu. Proses panjang ini memakan waktu sekitar 18 bulan. Setelah bersih, gua pun dipugar dan dikembangkan menjadi Ponpes Perut Bumi Al-Maghribi, lengkap dengan masjid yang kemudian diresmikan pada tahun 2002.

Tak hanya masjid, di dalam gua ditemukan pula sumber air dengan kedalaman sekitar 67 meter. Sumber air ini dianggap istimewa oleh banyak peziarah karena dipercaya membawa berkah.


BACA JUGA: Menelusuri Sejarah Masjid Agung Tuban dan Jejak Peradaban Majapahit


Arsitektur Masjid Perut Bumi

Salah satu daya tarik utama Masjid Aschabul Kahfi adalah arsitekturnya. Bayangkan ruang ibadah yang dikelilingi dinding gua, dengan langit-langit stalaktit menggantung alami. Nuansa ini menghadirkan suasana teduh sekaligus sakral.

Interior masjid tidak hanya mengandalkan bentuk gua, tetapi juga dihiasi ornamen dengan sentuhan budaya Timur Tengah, Arab, Cina, dan Thailand. Pilar marmer dipasang untuk menyangga ruangan, sementara lampu gantung memberi cahaya hangat yang memantulkan kilau batuan.

Tangga menuju ruang bawah tanah menambah pengalaman tersendiri. Saat menuruni anak tangga, pengunjung seakan diajak memasuki ruang sunyi yang kontras dengan hiruk pikuk di luar. Inilah sebabnya masjid ini kerap disebut perut bumi.

Catatan: Beberapa sumber mencatat luas kompleks sekitar 4 hektare, sementara gua masjid sendiri berkisar 1,5 hektare. Ruang inti masjid di dalam gua diperkirakan seluas 80 m². Perbedaan ini wajar karena ada yang menghitung area keseluruhan pesantren, ada pula yang hanya mengukur gua inti.

Masjid Aschabul Kahfi Perut Bumi Tuban

Apa yang Membuat Masjid Aschabul Kahfi Menarik

Jawabannya ada pada kombinasi tiga hal: sejarah, religi, dan arsitektur alami.

1. Sejarah: Masjid ini lahir dari proses transformasi besar dari tempat sampah menjadi tempat ibadah. Cerita perjuangan membersihkan gua menambah nilai spiritual.

2. Religi: Keberadaan petilasan ulama seperti Syekh Maulana Maghribi dan Mbah Ayu Sendangharjo menjadi alasan banyak peziarah datang untuk bertawasul.

3. Arsitektur: Gua dengan stalaktit dan stalakmit alami memberikan nuansa masjid bawah tanah yang tidak ada duanya di Indonesia.

Bagi pengunjung, pengalaman berada di dalam masjid ini bukan sekadar beribadah, tetapi juga merasakan keheningan alam yang berpadu dengan spiritualitas.

 

Ritual dan Kegiatan Pesantren

Masjid Aschabul Kahfi tidak hanya menjadi tempat salat, tetapi juga pusat kegiatan pesantren. Santri belajar di kompleks pondok yang berada di sekitar masjid, sementara jamaah kerap mengikuti pengajian rutin.

Sebelum turun ke ruang gua, pengunjung biasanya melakukan tawasul terlebih dahulu. Tradisi ini menegaskan bahwa masjid bukan sekadar objek wisata, tetapi tempat yang dijaga kesakralannya.

Selain itu, terdapat beberapa petilasan ulama yang dipercaya masyarakat sekitar. Air dari sumber gua juga sering diambil peziarah, baik untuk berwudhu maupun dibawa pulang sebagai simbol keberkahan.

Vendor Outbound Batu Malang

Akses Lokasi dan Tips Kunjungan

Untuk menuju ke Masjid Aschabul Kahfi, pengunjung bisa berkendara sekitar beberapa kilometer dari pusat Kabupaten Tuban. Lokasinya dapat diakses kendaraan roda dua maupun roda empat.

  • Tiket masuk: tidak ada tiket masuk.
  • Parkir: Rp 5.000 
  • Fasilitas: aula salat berjemaah, ruang pertemuan, kamar santri, area parkir.

Apakah aman dikunjungi saat musim hujan?

Saat hujan deras, rembesan air stalaktit dapat membuat lantai licin. Pengunjung disarankan memakai alas kaki anti selip dan membawa tas tahan air.

Tips lain: datanglah di pagi atau sore hari untuk merasakan suasana yang lebih tenang, serta patuhi aturan yang diberlakukan pengurus pesantren.


BACA JUGA: 10 Wisata Religi Tuban Destinasi Ziarah Terpopuler di Kota Wali

 

Dampak bagi Warga dan Wisata Religi Tuban

Kehadiran Masjid Aschabul Kahfi membawa dampak besar bagi warga sekitar. Rombongan peziarah yang datang setiap minggu membuka peluang ekonomi: ada warung kecil, parkir, hingga penjual oleh-oleh.

Namun, popularitas juga menghadirkan tantangan. Masalah kebersihan dan pengelolaan sampah menjadi perhatian utama agar gua tetap terjaga. Beberapa kajian akademik menekankan pentingnya keseimbangan antara konservasi alam dan kebutuhan pengunjung.

Dengan pengelolaan yang baik, masjid ini berpotensi menjadi ikon destinasi religi Jawa Timur, sejalan dengan posisi Tuban sebagai kota wali.

 

Bagaimana proses pembersihan sampai lahirnya masjid?
Pembersihan dilakukan secara bertahap oleh santri dan warga selama 18 bulan tanpa membakar sampah. Usaha ini membuka jalan lahirnya masjid perut bumi yang kini dikenal luas.

Bagi yang ingin berkunjung, datanglah dengan sikap hormat, jaga kebersihan, dan nikmati pengalaman memasuki ruang bawah tanah yang penuh makna.

Vendor Outbound Batu Malang

Masjid Aschabul Kahfi atau Masjid Perut Bumi adalah bukti nyata bagaimana sebuah tempat bisa berubah total melalui kerja keras, keyakinan, dan doa. Dari gua penuh sampah, kini berdiri masjid yang jadi pusat ibadah, pengajian, sekaligus wisata religi.

Daya tariknya tidak hanya terletak pada arsitektur masjid unik dalam gua, tetapi juga pada nilai sejarah dan spiritual yang menyertainya. Mengunjungi tempat ini bukan sekadar wisata, melainkan perjalanan hati yang menghubungkan manusia dengan alam dan Sang Pencipta.

 

Sumber Gambar 1: Detik

Sumber Gambar 2: NativeIndonesia

Penulis: Avifa

Postingan Terkait

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *