Menelusuri Tradisi Tuban dari Sedekah Laut hingga Kirab Jumat Legi
Tuban dikenal bukan hanya sebagai kota pesisir di
utara Jawa Timur, tetapi juga sebagai gudang tradisi yang sarat makna. Dari
pantai hingga pedalaman, masyarakat Tuban menjaga ritual turun-temurun sebagai
wujud syukur dan penghormatan pada alam.
Dua di antaranya yang paling menonjol adalah Sedekah
Laut dan Kirab Jumat Legi di Pesarean Dewi Sri. Tradisi Tuban bukan sekadar
warisan, melainkan identitas kolektif yang merekatkan masyarakat dengan
sejarah, alam, dan spiritualitasnya.
Dalam suasana modern yang kian serba cepat, keberadaan
tradisi ini menjadi pengingat bahwa kearifan lokal Tuban masih hidup di tengah
perubahan zaman.
Kirab Jumat
Legi di Pesarean Dewi Sri
Sejarah dan
Makna
Kirab Jumat Legi di Desa Kumpulrejo, Kecamatan
Parengan, merupakan salah satu tradisi agraris yang sudah berlangsung sejak
lama. Nama Dewi Sri merujuk pada mitos Jawa tentang dewi kesuburan yang
dipercaya memberi keberkahan pada hasil bumi.
Bagi masyarakat setempat, kirab bukan hanya pesta
budaya, melainkan juga ritual spiritual. Ia menyimbolkan rasa syukur petani
atas panen dan harapan agar lahan tetap subur. Dengan begitu, acara ini menjadi
bagian dari tradisi Jawa Timur yang merekatkan nilai agraris dan religius.
Prosesi dan
Rangkaian Acara
Setiap Jumat Legi, warga membawa hasil bumi seperti
padi, sayuran, dan lauk pauk. Dengan pakaian tradisional, mereka berjalan
bersama menuju pesarean Dewi Sri. Prosesi ini diiringi tabuhan karawitan, doa
bersama, hingga grebeg sedekah bumi.
Puncaknya adalah pagelaran seni rakyat mulai dari tari tradisional hingga pertunjukan musik lokal yang memeriahkan suasana. Pemerintah Kabupaten Tuban pun turut hadir, memberi dukungan agar kirab dapat berkembang menjadi wisata budaya yang terprogram.
Sedekah Laut
di Tuban
Ritual dan
Filosofi
Jika kirab melambangkan rasa syukur petani, maka
sedekah laut adalah bentuk doa dan penghormatan nelayan. Biasanya dilaksanakan
pada bulan Rajab, ritual ini diyakini membawa keselamatan saat melaut.
Para nelayan percaya bahwa laut memiliki “penguasa”
yang harus dihormati. Jika tradisi diabaikan, musibah bisa saja datang. Karena
itu, sedekah laut bukan hanya acara seremonial, melainkan juga wujud harmoni
manusia dengan alam.
BACA JUGA: Menelusuri Wisata Budaya dan Tradisi Tuban yang Kaya Kearifan Lokal
Susunan
Sesaji
Salah satu bagian paling menarik dari sedekah laut
adalah susunan sesajinya. Dalam perahu sesaji, diletakkan nasi tumpeng, ayam
panggang, takir berisi aneka bumbu dapur, hingga kembang boreh dan menyan. Tak
jarang, boneka kain ikut disertakan sebagai simbol pasangan manusia.
Semua sesaji itu kemudian dilabuhkan ke laut bersama
miniatur kapal, disertai doa agar nelayan diberi hasil tangkapan melimpah
sekaligus keselamatan di tengah ombak.
Mitos dan
Kepercayaan Lokal
Tradisi ini juga sarat dengan mitos. Ada kisah tentang
ikan besar yang muncul saat ritual, atau kapal gaib yang diyakini ikut berlayar
di samudra. Bagi masyarakat, cerita-cerita ini mempertegas keyakinan bahwa laut
bukan sekadar ruang ekonomi, melainkan juga ruang spiritual.
Tradisi
Tuban Lainnya
Lalu
Tradisi Tuban apa saja? Selain sedekah laut dan kirab Dewi Sri, masih banyak
tradisi Tuban lain yang lestari hingga kini.
Beberapa di antaranya:
- Sandur – kesenian rakyat yang interaktif antara pemain
dan penonton.
- Haul Sunan Bonang – acara
religius yang menghadirkan ribuan peziarah.
- Sampur Bawur – tradisi agraris dengan
simbol kebersamaan.
- Wayang – pertunjukan klasik yang mengajarkan nilai
moral.
- Sedekah bumi – upacara syukur agraris
di berbagai desa.
BACA JUGA: Mengenal Makam Sunan Bonang Destinasi Wisata Religi di Tuban Jawa Timur
Pelestarian
Tradisi & Tantangan Modernisasi
Pelestarian tradisi tidaklah mudah. Modernisasi,
urbanisasi, dan derasnya arus informasi membuat sebagian generasi muda lebih akrab
dengan budaya populer ketimbang ritual lokal.
Tantangan lain datang dari risiko komersialisasi.
Ketika tradisi hanya dilihat sebagai tontonan, makna spiritual bisa terkikis.
Namun di sisi lain, jika dikelola dengan baik, tradisi Tuban dapat menjadi
motor wisata budaya dan ekonomi kreatif yang menyejahterakan masyarakat.
Pemerintah daerah bersama tokoh masyarakat kini mulai
mengupayakan solusi:
- Edukasi budaya di sekolah-sekolah.
- Festival tahunan dengan kemasan modern tapi tetap menjaga esensi.
- Dokumentasi digital agar tradisi dikenal luas.
- Kolaborasi antara komunitas adat, seniman, dan pelaku pariwisata.
Dengan langkah ini, kearifan lokal Tuban bisa terus
diwariskan tanpa kehilangan jati dirinya.
Warisan yang
Terus Hidup
Tradisi Tuban bukan sekadar ritual tahunan. Ia adalah
pengingat bahwa manusia hidup berdampingan dengan alam, serta butuh ruang
syukur dan refleksi.
Sedekah laut mengajarkan harmoni dengan samudra,
sementara kirab Dewi Sri menegaskan pentingnya tanah dan kesuburan. Bersama
tradisi lain, keduanya menjadi pilar budaya yang menjaga identitas masyarakat
Tuban.
Jika terus dirawat, warisan leluhur ini akan tetap
hidup, bahkan bisa berkembang menjadi daya tarik wisata budaya yang
menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Sumber
Gambar 1: blokTuban
Sumber
Gambar 2: Radar Bonang
Penulis:
Avifa